Chapter 1

Lumière et Obscurité
Please Subscribe to read the full chapter

Di sebuah ruangan besar nan gelap terdengar alunan lembut Sonata Clano de Luna atau sering disebut dengan Moonlight Sonata karya Beethoven. Sebuah karya paling mengesankan yang dipersembahkan sang maestro musik untuk gadis pujaan hatinya - Giulietta Guiepiardi. Sebuah karya melankolis yang menggambarkan pemujaannya kepada sang perempuan, tapi kemudian terpaksa harus kandas begitu saja tergantikan nestapa. Sebuah karya sebelum jiwa Beethoven benar-benar terluka hingga menyebabkan keinginan kuatnya untuk mengakhiri hidupnya.

Ya, mati!

Pria gemuk yang tadinya sedang membaca buku tebalnya dengan penerangan yang sangat minim, tiba-tiba turun dari kasur empuknya. Badannya mulai gemetar hebat, kepalanya sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apakah ada yang bisa menolongnya dari kematian yang akan segera menjemputnya. Tak ada yang akan menyelamatkannya. Ia hanya sendirian di apartemen luas yang sudah ditempatinya selama dua tahun belakangan ini. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Berharap dapat memperlambat waktu terakhirnya d dunia, ia terus melangkahkan kakinya ke belakang - mundur - tapi matanya tak mau mengalihkan perhatiannya sedikit pun pada sosok pria yang berada dihadapannya.

"Huh." Terdengar suara meremehkan dari si calon pencabut nyawa pria gemuk.

"Si-siapa kau?" Tanya pria gemuk gugup.

"No one." 

"A-apa maksudmu?"

Si calon pencabut nyawa pun berjalan perlahan mendekati si pria gemuk. Menampakkan wajahnya dikeremangan. Ia pun tersenyum. Tapi tak lama, ia mengerungkan dahinya - bingung - ketika melihat bahwa si pria gemuk sama sekali tak mengenalinya.

"Kau tidak mengenaliku." Simpulnya.

Si pria gemuk sama sekali tak bisa berpikir jernih, bukan karena diakibatkan wajah pria dihadapannya, tapi lebih karena apa yang dipegang pria itu. Sebuah wakizashi.

Sebuah pedang tradisional Jepang dengan panjang mata bilah antara 30 hingga 60 sentimeter. Ia ingat, atau mulai ingat bahwa ia pernah melihat pedang itu. Dulu sekali. 

"Mengapa kau memiliki pedang itu?" Tanya si pria gemuk keheranan.

"Kau sendiri yang memberikan wakizashi merah ini." Ketus si calon pencabut nyawa.

"Kau... Aku sudah memberitahumu... Untuk tidak mencariku..." Si pria gemuk pun ingat siapa yang berada dihadapannya.

"Ini keinginanku sendiri. Sudah berapa banyak masa lalu kelam yang kau rampas dariku?"

"Kau... hanyalah mesin pembunuh! Sebuah mesin harusnya mengikuti apa yang diperintahkan majikannya!" Si pria gemuk mulai menunjukkan keberaniannya setelah mengetahui siapa si calon pencabut nyawa.

"Diam." Ucap tenang si calon pencabut nyawa. 

 

CRAAAAAAAT!!!

 

Tiba-tiba darah membasahi jaket hitam milik si pencabut nyawa yang berdiri tepat di depan pria gemuk, sebelum akhirnya si pria gemuk menjatuhkan dirinya. Pria gemuk telah pergi untuk selamanya. Wazikashi yang dipakai untuk menghabisi nyawa pria gemuk segera dibersihkan si pencabut nyawa dengan mengusapkannya pada tubuh pria gemuk.

Tangan pencabut nyawa segera merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kertas dan meletakkannya disamping tubuh pria gemuk.

Alunan Sonata Claro de Luna karya Beethoven masih mengalun lembut ari sudut ruangan besar yang gelap itu. Seolah mengingatkan dunia bahwa ia begitu mencintai gadis yang telah menyemaikan harapan di tengah derita tanpa suara yang saat itu melandanya. Mengingatkan bahwa setelah itu ia sangat menginginkan mati karena duka lara telah menggantikan cintanya.

Sonata Claro de Luna

Alunan lembut itu terdengar begitu memilukan. Terdengar begitu menyayat hati. Seolah rasa sakit itulah yang memberikan keagungannya.

Cahaya bulan samar-samar menerobos dari balik tirai jaring putih bermotif bunga-bunga yang sedikit terkena cipratan darah si pria gemuk, menampakkan sinarnya yang penuh kemuraman, yang menjadi saksi bisu atas sebuah kematian.

 

***

 

Yoo Youngjae - seorang pria dengan perawakan kurus dan berambut cokelat gelap - pun terlihat tergesa-gesa pagi itu. Segera setelah keluar dari rumah megahnya, ia berlari sambil memasang earphone dikedua telinganya. 

Tak lama, dihadapannya terpapar sebuah jalan setapak yang tampak agak gelap dan mencekam - dipenuhi pohon lebat. Tak ada siapa pun disekit

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
BAP_94Yjay
Thanks for reading! I will appreciate it if u leave a comments, jadi saya bisa tau kekurangan tulisan saya dimana, ehee

Comments

You must be logged in to comment
Jay_kha
#1
Chapter 1: Its something new for me to read daejae's fanfic like this. I'll be waiting the sweet moment between daejae?. Please keep continue, ur writing is awesome. Please don't be angst, I want more more romantic way between daejae hahhaha.
bap__himmchan #2
OKAY FIX BIKIN SENYUM SENYUM SENDIRI... LANJUTIN JAE HYUNG SUKAA
Moonlightmoon
#3
Chapter 1: Diksi sm alurnya baguuus. It's my first time reading ff ina. Aaah~ Looking forward to next chapter >< fighting!!
babycrown14
#4
Chapter 1: Bahasanya rapih banget, enak buat dibaca ^^
話は本当に素晴らしいです!私は別の章を待つことができない^^