Sebelas

Sister Complex

Raekyo mematut dirinya di cermin. Ia mendekatkan wajahnya hingga ia dapat melihat riasan matanya dengan jelas. Syukurlah semuanya sempurna. Gadis itu kemudian memakai lipgloss berwarna pada bibirnya, membuat wajahnya terlihat lebih hidup. Selesai, Raekyo menarik diri, mematut keseluruhan dirinya kini di cermin. Ia memakai baju terusan berwarna hitam, belt emas tipis nampak melingkari pinggangnya yang ramping. Puas karena tidak ada bajunya yang kusut, Raekyo membereskan peralatan make upnya dan keluar dari toilet. Ia kini berada di perusahaan, mempersiapkan diri untuk peluncuran produk baru bersama ketiga kakaknya.

                Higheelsnya berbunyi teratur seiring langkahnya menuju kantor si sulung. Ia tahu ketiga kakaknya menunggu di sana. Raekyo membalas sapaan sekertaris Leeteuk lalu membuka pintu ke dalam. Leeteuk nampak sedang sibuk mempelajari kertas-kertas yang tersebar di meja kerjanya. Mungkin berisi pidato yang harus ia sampaikan. Kibum duduk tenang di sofa sambil berbincang dengan Heechul sedangkan Kyuhyun duduk di seberang kembarannya, sibuk menoperasikan psp putih di tangannya. Pemuda itu tidak tertarik dengan kegiatan di sekelilingnya, musuh di layar pspnya sangat menyita perhatiannya. Tidak, kita salah, perhatian Kyuhyun akan selalu teralihkan bila menyangkut adik bungsunya.

                “Kau cantik Rae.” Nah kan, Kyuhyun bisa sadar Raekyo yang masuk ke dalam ruangan. Tapi bukannya tersanjung, Raekyo malah cemberut.

                “Oppa melihatku pakai apa? Telingamu? Melihatku saja belum sudah berkata aku cantik. Pujian kosong.” Kyuhyun terkekeh sendiri. Adiknya itu memang selalu blak-blakan membicarakan apa yang ada di pikirannya.

                “Kau melihat Park ahjussi di depan?” Kibum bertanya.

                “Tidak. Aku tidak menjumpai siapapun. Bahkan ini aneh, perusahaan hari ini sepi sekali.”

                “Maksudmu?” Heechul mengerutkan keningnya.

                “Yah, biasa aku selalu mendapati orang lalu lalang di lorong. Namun kali ini tidak. Ke mana semua orang?” Raekyo mendudukan diri ke sebelah Kyuhyun.

                “Mungkin semua orang sedang sibuk bersiap-siap Rae. Peluncuran kali ini besar-besaran. Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama juga untuk mempersiapkannya. Kurasa semua orang ingin agar ini berhasil dengan sempurna.” Leeteuk kini membereskan kertas-kertas di mejanya. Mengurutkan satu per satu sesuai urutan kertas yang benar. “Ayo, kalian sudah siap?”

                Raekyo, kedua kakaknya dan Heechul pun mengikuti Leeteuk keluar ruangan. Mengekori si sulung bagaikan anak ayam. Raekyo benar, sepi sekali, mereka hampir tidak menjumpai seorangpun ketika berjalan menuju ke aula besar. Raekyo merasakan perasaan yang asing, ada sesuatu yang mengganjal hatinya, namun ia tidak tahu apa itu. Ia sendiri juga tidak yakin. Jadi gadis itu memilih diam, tidak baik mengutarakan perasaan yang ia sendiri tidak yakin pada kakak-kakaknya, terutama bila perasaan ini ternyata bukan apa-apa, melainkan hanya gugup semata.

                Pintu aula besar tertutup rapat. Namun sayup-sayup mereka bisa mendengar seseorang berbicara di dalam. Raekyo melihat Leeteuk mengerutkan keningnya, namun pemuda itu diam saja. Jadi dia juga tidak berkomentar. Leeteuk membuka pintu aula besar, seketika suara di dalam terdengar semakin jelas. Aula terlihat penuh, semuanya mengenakan pakaian formal, dan pandangan orang-orang seketika tertuju pada Leeteuk dan rombongannya yang baru datang. Begitu pun dengan seseorang yang berdiri di podium sambil memegang mic. Raekyo melihat sekilas jam tangannya, mereka tidak telat, malah harusnya acara dimulai 5 menit lagi. Raekyo memperhatikan tubuh Leeteuk menegang, orang yang memegang mic adalah Tuan Kang. Pria itu tersenyum dan memberikan gestur menyuruh Leeteuk mendekat, mengabaikan pandangan bertanya yang Leeteuk arahkan padanya. Tanpa merasa bersalah, Tuan Kang menyerahkan mic pada si sulung, kemudian ia sendiri turun dari panggung dan duduk di tempatnya. Heechul segera mengintruksikan Raekyo dan yang lain untuk segera duduk.

                “Aku tidak tahu anda yang ditunjuk untuk membuka acara ini Tuan Kang.” Sindiran Leeteuk ditanggapi dengan santai oleh Tuan Kang. Bila merasa tersindir, pria itu tidak menunjukkannya. Raekyo menyadari kakak sulungnya marah, namun pemuda itu mencoba tetap tersenyum. “Yah, saya tidak tahu otoritas mana yang memperintahkanmu untuk melakukannya, tapi saya berterimakasih. Karena sepertinya saudara sekalian sudah fokus dan acara ini sudah dimulai bahkan lebih cepat dari jam yang telah ditentukan, saya akan memulai mengenalkan produk baru perusahaan kami.”

                Leeteuk pun memulai presentasinya. Pemuda itu seolah tidak terganggu dengan interupsi yang tadi terjadi, ia dengan luwes menjabarkan keunggulan produk yang sudah pemuda itu hafal di luar kepala. Kibum dan Kyuhyun dengan serius menyimak penjelasan Leeteuk, mencatat sesekali di kertas mereka masing-masing. Sementara itu Heechul membiarkan kertas di tangannya tetap kosong, pemuda itu memilih mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan, bolpennya ia ketukkan ke paha dengan ketukan konstan, tanpa sadar. Namun ekspresi Heechul membuat Raekyo bingung. Pemuda itu nampak gelisah, memandang ke arah penonton dengan kening berkerut. Awalnya Raekyo tidak mengerti, setelah mengamati apa yang Heechul lihat dengan seksama gadis itu mengerti.

                Isi penonton terlalu banyak dari yang direncakan. Leeteuk sudah memberikan daftar tamu yang diundang dan akan datang untuk peresmian ini, Raekyo sedikit banyak sudah hafal wajah-wajah tamu mereka, namun sekarang aula besar itu berisi wajah-wajah yang Raekyo tidak kenal. Beberapa Raekyo kenali sebagai karyawan perusahaan ini, namun untuk apa mereka di sini? Karyawan biasanya tidak diikutsertakan untuk peresmian dan pengenalan produk seperti ini. Mereka biasanya baru diundang ke acara pesta yang diadakan setelah ini. Biasanya acara ini hanya untuk tamu undangan yang terbatas juga pers. Nampaknya Heechul menyadari kejanggalan ini. Raekyo buru-buru mencolek Heechul, membiarkan pemuda itu membaca gerak bibirnya.

                ‘Oppa, terlalu banyak orang?’ Heechul berhasil membaca gerak bibir Raekyo. Ia mengangkat alisnya terkejut, gadis itu menyadarinya juga. Perlahan Heechul mengangguk. Pemuda itu diam-diam mengecek ponselnya, keningnya berkerut. Park ahjussi tidak membalas pesannya. Dan ke mana juga dia? Tidak biasanya Park ahjussi tidak ada di ruangan di acara macam begini. Juga suatu keanehan pesan dan teleponnya tidak diangkat pria itu. Heechul merasa dirinya dicolek Raekyo lagi, ‘apa terjadi sesuatu? Haruskah kita beritahu Teuki oppa?’

                ‘Jangan dulu. Sementara kita amati dulu saja.’ Raekyo mengangguk, kemudian kembali memusatkan perhatian pada Leeteuk. Kakak sulungnya sudah hampir selesai berbicara. Mereka hampir tiba di puncak acara. Ketika Leeteuk mengakhiri presentasinya, tepuk tangan bergema seisi ruangan. Pemuda itu pun mengisyaratkan ketiga adiknya untuk berdiri di sampingnya, Leeteuk siap untuk memotong pita tanda produk telah diresmikan dan siap diluncurkan ke pasaran. Beberapa orang mulai siap-siap membawakan pita dan gunting besar untuk Leeteuk gunakan. Tiba-tiba sebuah suara menginterupsi.

                “Ini merupakan perkembangan bagus untuk perusahaan kita.” Seorang pria berdiri dari tengah kerumunan, wajahnya terpaku pada keluarga Cho di depan, senyumnya nampak mengejek, “Sebelum benar-benar diresmikan, bolehkah saya mengajukan sebuah pertanyaan?”

                “Apa yang kau lakukan Cho Kangin?” Leeteuk berusaha menahan nada suaranya tetap santai. Namun ketegangan terlintas di wajahnya.

                “Ah, aku hanya ingin bertanya saja. Tidak boleh? Bolehkah saya bertanya? Ada yang saya tidak mengerti dari penjelasan barusan.” Gumaman rendah nampak terdengar dari penonton. Menolak, tentu akan membuat kesan tidak baik, maka Leeteuk mengangguk. Kangin yang merasa penonton lain mendukungnya, tersenyum senang. Pemuda itu maju sambil membawa kertas ke panggung. Membuat yang lain terkejut, Kangin menyerahkan kertasnya ke hadapan Raekyo, “Tolong bacakan pertanyaan saya Cho Raekyo-ssi.”

                Raekyo begitu terkejut hingga ia diam saja. Gadis itu menatap ketiga kakaknya dengan raut wajah khawatir. Kibum segera maju, berniat mengambil kertas itu namun segera ditarik oleh Kangin.

                “Saya tidak meminta padamu, Kibum-ssi. Saya ingin Raekyo-ssi yang membacakannya.”

                “Dia tidak bisa, Kangin-ssi. Raekyo sedang tidak sehat, biarkan saya yang melakukannya untukmu.” Kibum kembali mencoba namun Kangin malah tertawa keras.

                “Sedang tidak sehat?” Kangin naik ke panggung, menghadap ke arah penonton, keadaan yang hening membuat suaranya dengan jelas terdengar ke seluruh penjuru ruangan, “Bukan sedang tidak sehat, tapi Raekyo memang sakit kan? Dia menderita suatu penyakit. Kalian sekalian tidak tahu? Hey, putri tunggal keluarga Cho itu memang tidak bisa membaca! Dia disleksia.”

                Seketika ruangan bergemuruh. Beberapa menyerukan keterkejutannya, namun beberapa orang yang pulih cukup cepat menyerukan protes dan pertanyaan silih berganti. Pers yang diundang sontak fokus meliput kejadian yang terjadi. Melahap apapun yang mereka bisa dapatkan. Seruan, ekspresi wajah dan lain sebagainya. Raekyo terlalu terkejut untuk dapat berkata-kata. Begitu pula ketiga kakaknya. Heechul pulih lebih cepat, pemuda itu meloncat turun dari panggung, menghalangi orang-orang yang mulai berani meringsek maju menuju ke panggung untuk protes.

                “benarkah?”

                “Jawab kami Leeteuk-ssi!”

                “Apa benar?!”

                “Putri keluarga Cho cacat?!”

                “Raekyo-ssi bagaimana tanggapan anda?!”

                Raekyo hanya bisa memandangi wajah-wajah yang menyerang keluarganya dengan linglung. Bagaimana mereka bisa tahu? Tidak ada yang tahu sebelumnya. Apakah ada mata-mata di rumahnya? Tapi ia begitu berhati-hati untuk tidak melakukan kebodohan bahkan di rumah. Raekyo merasakan seseorang menggenggam tangannya, ia mendongak dan mendapati Kyuhyun, kakak termudanya itu berusaha menenangkannya, namun tidak menyadari tangannya sendiri gemetar. Kibum berdiri di samping Raekyo satu lagi, mengapit si bungsu di antara kakak kembarnya. Sementara itu Leeteuk yang mulai pulih menyerukan teriakan agar semua tenang dan kembali ke tempat duduk, namun tidak satupun mendengarkan. Suasana sudah terlanjur ricuh. Dan massa yang penasaran adalah massa yang susah dikontrol.

                Heechul meneriakkan perintah, meminta panitia acara yang kini berdiri membuat pagar betis untuk menghalangi massa maju, pemuda itu lantas berlari ke pintu samping panggung, mencoba membuka pintu dan berharap mereka bisa melarikan diri. Namun pintu itu dikunci dan seberapa keras ia berusaha mendobrak dengan tubuhnya, pintu kokoh itu tidak bergeming. Heechul mengumpat, ia kembali ke atas panggung berusaha membisikkan sesuatu ke telinga Leeteuk. Di tengah keriuhan, Raekyo menangkap sosok seseorang melompat-lompat sambil melambaikan tangan di belakang ruangan. Park ahjussi. Pria itu nampak berantakan, tapi ia merupakan secercah harapan untuk Raekyo. Sebab gadis itu melihat Park ahjussi masuk dari pintu belakang ruangan, berarti ada kesempatan bagi mereka menyelamatkan diri. Pria itu berusaha meneriakkan sesuatu pada mereka, namun suasana terlalu riuh untuk Raekyo bisa mendengar. Sepertinya pria itu juga menyadarinya, maka ia berhenti berteriak dan berusaha merangsek ke depan, berusaha mengarungi orang-orang untuk mencapai Raekyo dan kakak-kakaknya. Walau pesan yang disampaikan Park ahjussi tidak bisa ia mengerti, namun Raekyo menangkap pesan tersirat dari gerak gerik pria itu. Park ahjussi panik, ia begitu tergesa-gesa, tapi karena apa?

                “Hadirin sekalian! Harap tenang!! Pertunjukkan belum berakhir!” Suara Kangin menggelegar terdengar. Pria itu kini berdiri di panggung sambil memegang mic. Bersamaan dengan itu beberapa pria bertopeng masuk ke dalam ruangan. Mereka semua berjubah hitam dan memakai topeng hingga tidak bisa dikenali. Sosok-sosok itu menyebar ke seisi ruangan, mengintimidasi hingga para penonton terdiam. Suara kangin kini terdengar jelas ke seisi ruangan, “Pertunjukkan belum berakhir saudara sekalian. Kebohongan yang keluarga Cho katakan belum sepenuhnya terungkap. Kalian sekalian berharap tinggi bukan? Bahwa yang memimpin kita adalah orang-orang pilihan yang mendekati kesempurnaan. Kita tidak mengharapkan pemimpin yang penyakitan kan?” Sorakan terdengar dari hadirin semua. Raekyo merasakan pegangan Kyuhyun padanya mengencang. Ia melihat ketiga kakaknya memucat.

                Beberapa sosok jubah hitam naik ke panggung. Dua orang masing-masing memegang tangan Leeteuk, begitu pula dengan Kibum. Ketika sosok itu mulai menarik Raekyo, gadis itu memberontak, ia tidak mau dipisahkan dari Kyuhyun. Raekyo sadar dirinya ketakutan. Ia tidak tahu apa yang akan direncanakan Kangin, namun pasti amat jahat hingga menakutkannya. Kyuhyun juga berusaha melawan, namun sosok-sosok itu lebih kuat dari mereka. Kyuhyun dipegangi dan dibawa ke depan, di samping Kangin. Kibum memberontak keras sambil berteriak namun pemuda itu juga tidak cukup kuat melawan. Leeteuk dan Heechul pun begitu.

                Dengan ngeri, Raekyo melihat kangin tersenyum, amat menyeramkan baginya. Walau mereka semua ketakutan, tapi Kyuhyun sendiri tidak, pemuda itu memandang Kangin dengan pandangan berani cenderung menantang. Sesosok jubah hitam menghampiri Kangin, Raekyo melotot ngeri, sebalok kayu panjang ia pegang.

                “Nah, Kyuhyun-ssi, pemuda ini akan mempertunjukkan sesuatu yang menarik. Benar kan?” Kangin memegang dada Kyuhyun, tangannya berhenti tepat di paru-paru pemuda itu, “Bagaimana kabar paru-parumu, Kyuhyun-ssi?”

                Seolah di aba-aba, sosok yang memegang kayu itu memukulkannya ke dada Kyuhyun, berulang kali. Raekyo menjerit, dia mendengar yang lain juga menjerit, juga entah suara siapa lagi. Kyuhyun melengkungkan tubuhnya, berusaha mengurangi pukulan kayu pada tubuhnya, dadanya mulai sakit. Kini Kyuhyun tidak dipegangi lagi, toh tidak perlu, pemuda itu tidak akan sanggup melawan. Tangannya terangkat di dada, terbatuk-batuk, Kyuhyun megap-megap mencari udara. Kibum menangis, ia mengganti raungannya menjadi permohonan menyedihkan, memohon untuk sosok itu berhenti memukuli kembarannya. Raekyo juga menyadari dirinya menangis, ia merasa begitu tidak berdaya melihat kakaknya seperti itu.

                “Sungguh lemah. Kalian mau dipimpin sosok lemah seperti ini? Keluarga penuh penyakit dan kecacatan.” Pernyataan Kangin sontak membuat kerumunan bersorak-sorak. Beberapa dengan lantang menyerukan agar keluarga Cho diturunkan dari jabatan, digantikan oleh pihak yang lebih layak.

                “Dasar brengsek!!!!” Park ahjussi menerjang sosok yang memukuli Kyuhyun, menghajar sosok itu hingga terlempar ke samping. Kyuhyun yang sudah kewalahan, jatuh ke lantai, wajahnya pucat pasi. Interupsi itu membuat penjaga Raekyo lengah sesaat, membiarkan gadis itu bisa melarikan diri. Raekyo berlari sekuat tenaga menghampiri Kyuhyun. Pemuda itu bernafas pendek-pendek, keringat mengaliri seluruh tubuhnya, sudut bibirnya mengucurkan darah.

                “Oppa! Kyu oppa! Bertahanlah! Oppa bangun! Oppa!!” Raekyo menggoyang-goyang tubuh Kyuhyun, begitu ketakutan Kyuhyun tidak akan selamat. Air matanya bercucuran. Belum sempat berhasil membuat Kyuhyun sadar, tubuh Raekyo sudah disingkirkan dari sana. Sosok yang memegang kayu itu kini mengangkat tubuh Raekyo dengan mudah, berusaha memisahkan Raekyo dari Kyuhyun. Raekyo berontak sedemikian rupa, pukulan tangannya tidak sengaja menyenggol topeng sosok itu hingga lepas. Seketika tubuh Raekyo membeku.

                “Donghae oppa?!” Raekyo merasakan dunia berhenti di sekelilingnya. Sosok ini, sosok yang sedang memegangnya adalah Donghae. Kenyataan ini begitu memuakkan hingga Raekyo tidak sanggup berkata apa-apa. Di sisi lain Donghae yang merasa penyamarannya terbongkar, mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Dia sudah sampai sejauh ini, tidak ada jalan mundur lagi. Donghae melemparkan begitu saja tubuh Raekyo ke lantai, kemudian pemuda itu menghampiri Kangin, dengan ngeri Raekyo melihat Donghae memegang gunting besar yang diserahkan padanya. Sosok kekanakkan dan ceria Donghae lenyap sudah, kini Raekyo tidak mengenali sosok itu lagi, sosok di hadapannya begitu kejam dan penuh nafsu membunuh.

                Donghae berjalan perlahan. Ia menghampiri Kyuhyun yang terbaring. Seolah bisa membaca apa yang terjadi, Leeteuk Kibum Heechul dan Park ahjussi yang kini dipegangi berteriak-teriak sambil menangis. Pemberontakan mereka sia-sia saja. Donghae tersenyum, melihat sekali pada Kangin yang mengangguk menyemangati, Donghae mengangkat gunting itu tinggi-tinggi dan menghujamkannya sekuat tenaga ke arah dada Kyuhyun. Ketika tajamnya besi menghujam ke daging, masuk dan masuk menembus tulang, senyum Donghae berubah jadi tawa, bahkan ketika ia melihat sosok yang ditusuknya, Donghae tidak memelankan tawanya.

                Raekyo merasa tubuhnya begitu dingin. Kaki dan tangannya gemetar begitu hebat hingga ia menyangka tidak akan berfungsi lagi. Gadis itu menangis begitu hebat, air matanya terjatuh, menetes membasahi wajah Kyuhyun. Kakaknya itu membuka mata, matanya yang memang bulat itu membulat lagi diliputi dengan kengerian. Kyuhyun di sela-sela nafasnya yang tersendat menangis. Raekyo menegakkan tangannya, melengkungkan punggungnya semakin tinggi, menghalangi gunting yang tertusuk di punggungnya dan kini sudah menembus keluar dari perutnya untuk mengenai tubuh Kyuhyun di bawahnya. Raekyo berhasil, dia menjadikan tubuhnya perisai yang melindungi Kyuhyun. Darah muncrat dari mulut Raekyo, membasahi kembali wajah Kyuhyun tapi tidak sekalipun pemuda itu berkedip.

                Sepertinya mati rasa di tubuhnya mulai memudar, Raekyo mulai merasakan bagian tubuhnya yang ditusuk berdenyut nyeri. Makin lama semakin tinggi rasa sakitnya. Raekyo mengerahkan seluruh tenaganya agar kepalanya bisa menoleh ke belakang, ke arah Donghae.

                “O-Oppa….”

                “Ini semua karenamu. Salahmu. Kalau saja kamu memilihku. Kau pikir aku akan berhenti? Sayang sekali pengorbananmu sia-sia. Setelah ini aku akan tetap membunuh anak penyakitan itu.” Donghae kembali memegang gunting yang masih menancap di punggung Raekyo, dengan sekali sentakan ia mencabut lepas gunting itu. Raekyo tidak pernah merasakan sakit yang begitu hebatnya, rasanya begitu sakit, Raekyo membuka mulutnya, gadis itu menjerit.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LMoria
#1
Please read my story if you have time <3
LMoria
#2
I hope you will continue this asap <3
LMoria
#3
I love your story omgggg
Awaefkyu1311 #4
Chapter 7: yeayyy cepat skali updatenya... makin kecanduan baca ff ini,. jd sikap Rae dan kyu itu 11:12 ya,. apa jd nya mreka klo kerja sama jahilin kakak mreka..hehee,. aku penasaran sama masing masing rahasia yg mereka,.. smoga bisa update cpet lg heheee...
Awaefkyu1311 #5
Chapter 6: yeaayy update..!!, btw alur'a cepet banget udah 8 bulan kemudian aja..pdahal aku pengen liat interaksi kyu stelah bangun dr pingsannya sma ryaekyo,. terus rahasia mereka masing" gimana? sudah saling terus terang kah??,. lanjut pleasee
Awaefkyu1311 #6
Chapter 5: aduh aku suka bgt smaa ceritanya... tp aku agak kesusahan untuk komen disini, setelah sekian lama akhirnya tau jg cara komen disini,.. knpa gak coba pub di watpadd aja? lebih mudah baca dan kasih komentar'a,.. *saran aja hehehe... ttep smangat lanjut yaaaa... sangat ditunggu...