My Pale Rose (One Shoot)

Description

FF Type : Oneshoot

Tittle : My Pole Rose (other versi)

Author : Rissa Choijiiyoosone / Choi Ji Young

Genre : Horor, romantic

Main Cast : Sooyoung (SNSD), Jinyoung(B1A4)

Other Cast : Eunjung (T-ARA), Kibum (SUJU) , Kyuhyun (SUJU), and other.

Ratting : Semua Usia *jiahh

Disclaimer : all cast milik Tuhanm keluarga dan penggemarnya. Plot is mine!

Warning! : Full typo, gaje Story

POV : Author POV

~~

 

Foreword

~~

Hembusan angin menusuk kulit siapa saja yang masih berkeliaran disekitar ruangan. Langit sedang bersuram durja entah karena apa. Mungkin karena bosan dengan tingkah insan yang menjalankan tugas tanpa kenal waktu hanya demi segenggam beras dan mengabaikan penyebab mendungnya hari ini.

“Tik..tik..tik..tikk..” Hentakan jarum jam terdengar nyaring beradu dengan titik hujan yang turun dari pelataran langit yang mulai menguning namun agak kelabu.

“Ahh, sudah mulai senja rupanya.“ Sooyoung menatap jam klasik di ruangan UKS Akademi ternama di Seoul. Ya, gadis itu menuntut ilmu di Akademi Sastra yang memiliki beberapa asrama disana dan mengharuskan siswa disana tetap dalam pagar Akademi. Dibereskannya kertas-kertas yang berserakan dimeja. Hari ini dia piket sendiri, karena Yuri sedang izin keluar akademi karena ada urusan keluarga.

“Ahhh,,kenapa sepi sekali siihhh...??” Kini dia merenggangkan  tangannya. Kemudian mengunyah permen kenyal dimulutnya. Akhir-akhir ini suasana hatinya sedang tidak bagus. Ada saja masalah yang membuatnya kesal dan menciptakan kegalauan direlung hatinya. Tanpa dia sadari ada ‘sesuatu’ yang sedang memperhatikan gerak tubuhnya.

Bukk!! Seseorang memegang bahunya.

“Kyaaaaa~~  “ Sooyoung menjerit.

“Hahahaha... Kenapa kau ketakutan seperti itu Sooyoung-ah?” Kata Eunjung sambil tertawa tanpa dosa.

“Kenapa kau ada disini Eunjung?” Kata Sooyoung sambil masih mengunyah permennya.

“Aku sedang mencari jepit rambutku yang jatuh kemarin.” Katanya sambi mengacungkan penjepit cantiknya.

“Ayoo kita kembali ke asrama. Hari sudah mulai gelap. Dan mumpung tidak hujan lebat.” Ajak Sooyoung menarik tangan Eunjung.

“Ahhh...nde...” Eunjung mengikuti langkah Sooyoung, Shhuttt... angin-angin halus menyentuh pundak nya, dia merapatkan mantelnya. Entah kenapa rasanya kakinya mengajaknya untuk berlari.

 

 

“Ahh... Bulan malam ini terlihat pucat.” gumam Sooyoung dikamarnya yang temaram itu sambil menatap rembulan yang mengapung dipermukaan danau akademi yang kehijauan. Perlahan dia membuka pintu dan mulai berjalan ke lorong asrama. Entah kekuatan apa yang membuatnya tertarik untuk memijakkan kakinya kedataran coklat penuh rerumputan hijau. Mencari kesunyian  tanah berumput yang dirindangi pohon. Gugus cahaya bintang berpendar indah di seluruh penjuru mata angin. Suasana masih sepi, anak-anak asrama masih terlelap dalam dunia mimpinya. Saat ini jam menunjukkan pukul 00.13.

“Hmm..” Sooyoung bergumam tak jelas. Ia mulai menyapu pinggiran danau dengan mata bulatnya itu. Tiba-tiba dia  melihat  sosok sempurna namun tergambar jelas senyum yg lebih menyerupai seringai diwajah dingin dan putih itu. Sekuntum mawar putih pucat  tersemat ditangannya.

Dalam gelap Sooyoung memaksa kakinya untuk mundur. Sosok itu semakin mendekat. Dengan cepat Young membalikkan badannya dan melajukan langkah demi langkah yang terhempas disetiap detiknya.

“BRAKKK!!”

“BRAKKK!!”

“Hoshh... hoshh...hoshh..” Tiap alunan napasnya memburu tak beraturan. Meyakinkan diri bahwa makhluk yang ia jumpai tadi adalah makhluk ‘berwujud’.

“Sooyoung-ahh..” Hembusan angin seakan memanggil namanya. Mendadak udara semakin dingin, terasa lembab, dan membekukan tubuh. Sooyoung memucat,. Kelopak matanya merapat. Seakan tak ingin melihat dunia. Wajahnya memendam kesakitan. Malam ini terasa sangat panjang.

~~~

Terbangun saat pagi , Sooyoung memegangi kepalanya dan mengucek-ngucek matanya.

“Sepertinya aku bermimpi buruk.” Katanya bangkit dari ranjangnya.

“Aneeehh sekali... bukankah tadi malam aku tidak merebahkan diri di ranjang.” Katanya lagi sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Tak mau berpikir terlalu jauh. Dia pun mengambil handuknya  bergegas membasuh diri dan bersiap-siap untuk menemui Eunjung.

“Tokk..tokk..tokk...” terdengar ketukan pintu ketika Sooyoung baru saja menyelesaikan kunciran rambutnya.

“Nugu??” teriak Sooyoung

“Ini aku Youngi-ya...” Kata orang dibalik pintu itu.

“Eh,kau Eunjung. Ayo masuk!” Sahut Sooyoung sambil menarik lengan yeoja berambut pendek itu dan sudah rapi dengan blus pink nya.

“Ah..Kau ini... sabar sedikit dong... “ Kata Eunjung cemberut.

“Hahaa... iya...ayo duduk. Apa yang kau bawa??” Sooyoung melirik ke arah kotak di bawa Eunjung.

“Ahh, ne. Ini nasi goreng buatanku. Tadi Taecyeon juga ku berikan satu kotak untuk sarapan.” Ujar Eunjung sambil memegang pipinya yang memerah.

“Hmm...seperti nya enakk..” Kini tangan Sooyoung sudah mulai menyendokkan makanannya,

“Hmm... wangii... Enakk ..”

“ Ehh young-ahh..kau tau tidak??” Eunjung menggantung kata-katanya.

“Hmm??”

“Akhir-akhir ini Akademi kita geger dengan munculnya ‘sosok’ yang..hmmm... apa ya???” Eunjung menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sooyoung hanya mengangkat alisnya dan terus menyendokkan nasi goreng dam memasukannya ke mulut.
“Apa kau tak merasakan sesuatu yang aneh Sooyoung-ah?” Lanjutnya tanpa menyelesaikan kalimat sebelumnya.

“Aneh apa?? Sudahlahh... aku hampir selesai nih.“ Bantah Sooyoung. Tiba-tiba dia ingat tentang mimpinya tadi malam. Tentang sosok tampan namun berwajah dingin itu. “ Ahhh...atau jangan-jangan itu bukan mimpi?” Tanya Sooyoung pada diri sendiri.

“Ahh?? Kau tadi bilang apa?? Aku nggak denger..”

“Aniii—tidak apa-apa kok.” Sooyoung tidak ingin berniat melanjutkan.

“ Ayo kita keluar, aku sudah selesai.” Ditutupnya kotak bekal yang sudah kosong itu.

“Nde..Kkajjaa...” Kata Eunjung Riang.

~~~

Shuuutttt... Sooyoung kembali merasakan hembusan angin yang sama persis dengan yang dia rasa kan tadi malam.

“Begitu Sooyoung...jadi aku harus bagaimana menurutmu??” Eunjung menutup celotehnya sambil melompat dihadapan Sooyoung.

“Ah.. nde??? Ndee...” Sooyoung menjawab asal. Dia sama sekali tak mendengarkan cerita Eunjung hingga sampai UKS. Hari ini mereka piket bersama.

“Apa nya yang nde? Hah? “ mata Eunjung mulai menyipit.

“Ehh.. memangnya kau tadi bilang apa?hehe.” kata Sooyoung sambil menggaruk-garuk tengkuknya .

“YA!!! Kau sedari tadi tak mendengarkan ku?” Ucap Eunjung gemas dan mengacak-ngacak rambut Sooyoung.

Sooyoung hanya diam, cuma menanggapi dengan garis bibir berbentuk bulan sabit. Akhir-akhir ini dia merasa ada yang memperhatikannya, ada ‘sesuatu yang mengikutinya’. Entah apa itu.  Hanya saja dia sering mendengar ‘sesuatu’ memanggilnya dengan lembut.

“Sooyoung-ahh...” Suara itu muncul kembali. Kini terdengar lebih halus.

 

 

 Kini rembulan kembali menampakan cahayanya. Walaupun hanya tiga perempat yang terlihat dilangit sana. Tapi masih terlihat indah karena adanya sang bintang. Sooyoung merebahkan tubuhnya ke sofa lembut ungu itu. Nuansa remang-remang memang favoritenya.

“Sooyoung-ah...” Kali ini dia mendengar suara itu lagi, Dia tersentak, jantungnya terasa ingin melompat keluar ketika melihat ‘sosok’ dingin namun tampan itu muncul kembali dihadapannya. Dia menggigit bibirnya dengan keras berharap terbangun dari mimpi, angan, atau apapun asal bisa meyakinkannya bahwa semua tidak nyata.

“Nugu ya? “ tanya Sooyoung memberanikan diri. Cucuran keringat dingin semakin jelas terlihat di pelipisnya.

“Tenanglah,aku takkan menyakiti mu...” Kata makhluk itu. Suara yang indah. Bagai gemerincing bel dengan irama beraturan. Sooyoung masih merasakan badannya gemetar. Entah mengapa tangannya mencoba meraih sosok yang sedang tersenyum dan kadang menyeringai itu.

“Kau, tak bisa di sentuh.” Gumam Sooyoung.

“Aku hanya ingin dekat denganmu.”  Makhluk itu melayang mendekat kearahnya. Gadis itu memundurkan posisinya.

“Aku Jinyoung...” Wajah itu kini hanya berjarak satu kilan, tak ada hembusan napas. Tak ada detakan jantung yang terdengar. Tak ada desiran darah hangat. Hanya Wajah dingin yang tampan.

“Jinyoung-ssi??” Sooyoung mengulangi. Kini ketakutan yang dia rasakan mulai memudar.

“Namaku,... “
“Sooyoung.. nama mu Choi Sooyoung. Benar bukan?” Belum sempat Sooyoung memperkenalkan diri Jinyoung melanjutkannya sendiri seolah dia tau segalanya tentang Sooyoung. Dan benar. Jinyoung memang mengetahui segalanya tentang Sooyoung.

“Begitulah ceritanya... “Jinyoung mengakhiri riwayat kehidupannya. Dia adalah salah satu murid Astra yang menjadi korban pembunuhan pada peristiwa berdarah yang pernah terjadi di Akademi Sastra berpuluh-puluih tahun silam. Pada saat itu semuanya menjadi sangat kacau. Dia kehilangan orang yang disayanginya.

“Jadi namanya Sulli???? ” Kata Young menanggapi.

“Dia juga suka dengan mawar putih, Dan dia pernah tinggal di asrama ini, persis disini... dikamar ku??” Lanjutnya. Jinyoung mengangguk.  Malam ini terasa tak begitu sepi untuk Sooyoung. Gemintang kini ikut tertawa seiring kisah demi kisah yang meluncur dari kedua makhluk berbeda dimensi itu.

~~~

Malam-malam berikutnya begitu menyenangkan bagi Sooyoung. Bagaimana tidak? Dengan hadirnya Jinyoung di setiap malamnya dia tidak merasa kesepian lagi.

“Bagaimana hari ini? Kau pasti hanya memikirkan aku seharian ini..hahaha..” Jinyoung terkekeh dengan kerlingan dimatanya.

“Mwo? A-aanii~ dasar kau. Terlalu percaya diri. Ishh!!” Sooyoung berusaha menyembunyikan pipi merahnya. Bagaimana tidak? Dia seharian ini hanya memikirkan hantu itu dan sangat menantikan malam hari.

“Hmm lalu kau? Apa yang kau pikirkan? Apa kau merindukan Sulli?” Tanya Sooyoung iseng. Jantungnya berdetak lebih cepat. Menunggu jawaban Jinyoung.

Malam ini cerah, sehingga Sooyoung bisa menikmati setiap lekukan wajah putih itu. Jinyoung hanya tersenyum.

“Tentu... Dia baik. Semua orang yang pernah mengenalnya juga akan merindukannya. Tak terkecuali aku.” Jawab Jinyoung jujur. Sooyoung tidak memungkiri ada sedikit rasa didasar hatinya. Namun dengan cepat ia membuyarkan kekecewaannya itu.

“Jadi, apa kau kesini hanya karena aku ‘mirip’ Sulli?” Tanya Sooyoung lagi dengan nada ragu.

“Kau bicara apa sih? Kau harus tau... aku kesini bukan untuk Choi Sulli. Tapi untuk Choi Ji Young. Arrasso?!” Tangan Jinyoung terangkat seolah ingin menyentuk pipi yeoja dihadapannya. Sooyoung menghembuskan nafas berat diantara rasa senangnya.

“Ishh..kenapa dunia begitu tidak adil. Bagaimana bisa kau bisa menyentuh tangkai mawar itu dan memberikannya padaku sedangkan aku tak bisa menyentuhmu.” Gerutu Sooyoung memanyunkan bibirnya. Jinyoung terkekeh pelan.

“Walau kau tak bisa merasakan sentuhanku, tapi kuharap kau bisa merasakannya tidak hanya lewat sentuhan.”

Sooyoung tertegun sejenak dan mengangguk. Wajah tampan Jinyoung mendekat hingga beberapa inchi dari wajahnya. Sooyoung memejamkan mata dan merasakan hembusan halus menyentuh wajahnya.

Tanpa mereka sadari, kedua insan itu terjerat dalam ikatan yang tidak seharusnya ada. Ikatan yang mereka ciptakan sendiri tanpa mereka sadari.

 

~~

 

“Jadi, sejak kapan kau dekat dengan makhluk itu?” Namja berkacamata itu menatap datar pada yeoja mungil dihadapannya.

“Hmmm...” Sooyoung menggigit bibirnya. Mencari alasan yang paling tepat yang bisa ia lontarkan agar Kibum, Kepala akademi yang disegani itu menerima alasannya

“Wae yo? Kenapa tak menjawab?” Tanyanya lagi.

“Kenapa harus dimusnahkan? Dia tidak menyakiti ku sedikitpun.” Sooyoung melakukan pembelaan tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya.

“Dia memang tidak menyakitimu. Tapi yang lain terkena dampaknya.” Kibum menjatuhkan manik matanya pada Sooyoung.

“Karena itu dia harus di singkirkan dari sini.” Ujarnya dingin.

“Itu benar Sooyoung, kau harus membiarkan kami menyingkirkan makhluk dingin itu dari Akademi ini. Dia itu berbahaya. Suatu waktu akan menjadi sosok labil. Bisa menyerang siapa saja seperti yang terjadi akhir-akhir ini.” Wanita anggun itu ikut menimbrung.

“Tapi Wakil Kepala Taeyeon... akuu...”

“Sudah waktunya kau kembali Sooyoung!” Belum sempat Sooyoung menyelesaikan pembelaannya, Kibum langsung memotongnya. Sooyoung hanya tertunduk lesu. Berjalan sembari menatap lantai keramik dengan nanar.

Sebenarnya dia menyadari tentang hilangnya beberapa murid yang di duga tersesat dihutan pinus sebelah barat Akademi. Ada juga murid yang dihantui rasa takut setelah mereka mencoba berjalan-jalan pada tengah malam.

“Aku yakin, itu buka Jinyoung.” Ucapnya pada diri sendiri.

 

 

“Soouyoung-ah... ini untuk mu.” Seperti malam-malam sebelumnya Jinyoung terlihat sempurna dengan seragam akademi yang terlihat usang menyodorkan sekuntum mawar kesukaan Sooyoung.

“Hmmm...” Sooyoung mengulurkan tangan menyambutnya dan menghirup harum aroma bunga hasil persilangan Rosa arvensis dengan Rosa alba itu.

“Jinyoung, apa kau tau tentang beberapa hal yang terjadi di Akademi sekarang?” Kata gadis itu datar tanpa menatap makhluk dingin yang selama ini tak dapat ia sentuh. Jinyoung hanya diam tak menjawab. Tampak keraguan disorot mata yang sering terlihat kosong itu.

“Wae daedab anhae?” Tanya Sooyoung datar.

“Young-ah, sepertinya mawar itu akan menjadi mawar terakhir untukmu.” Kata nya dengan nada bergetar.

“Mwo?” Sooyoung bangkit dari duduknya. Manatap Jinyoung lekat.

“Kekacauan  ini karena aku, aku tidak ingin semua menjadi lebih buruk. Aku tak ingin iblis ditubuhku mengamuk. Aku tak ingin melukaimu.” Wajah itu terlihat begitu rapuh sekarang.

“Shireoyo!” Pekik Sooyoung.

“Kau tidak boleh kemana-mana. Jangan tinggalkan aku.”

“Aku tak ingin kau terluka karena perbuatanku Sooyoung-ah, mengertilah. Arrasso?” 

Buliran air yang tercipta dari sudut matanya tak terbendung lagi. Diremasnya tangkai berduri mawar suci itu. Kelopak mawar putih itu kini dihiasi bercak kemerahan.

“Para staff sudah memberikanku waktu untuk berpamitan denganmu malam ini.”

Ucapnya pelan sambil menatap Sooyoung pekat. Sudah tidak ada alasan bagi Sooyoung untuk menahan kepergiannya.

“Sooyoung-ah, Saranghae... jeongmal saranghaeyo...” Kalimat itu meluncur dibibir pucat itu.

Sooyoung merasakan seolah darahnya berhenti mengalir, jantungnya berhenti berdetak, nafasnya memburu tak karuan. Bendungan air matanya telah bobol.

“Na do...Na do saranghae..” Sooyoung mecoba mengangkat tangannya menyentuh Jinyoung walau ia tak yakin akan bisa merasakan sentuhan itu, begitupun sebaliknya.  Tinggal beberapa jengkal lagi tangan mereka akan bertaut. Dan...
“Ahh!!” Sooyoung tersentak kaget ketika dia menyadari indranya bisa merasakan sentuhan kulit keras dingin namun lembut itu. Tangan mereka bertaut. Tanpa aba-aba Sooyoung langsung menghempaskan tubuhnya kedalam dekapan Jinyoung. Menangis sejadi-jadinya. Menangisi perbedaan keduanya, menangisi perpisahan yang tidak menjanjikan pertemuan.

“Sudah saatnya kau pergi.” Kata Kangin, sang pembina akademi yang sedari tadi hanya mengamati. Jinyoung menoleh dan mengangguk. Mulai melepaskan pelukan dingin itu.

“Jangan lupakan aku.” Ujar Jinyoung lirih dengan tangisan tak berair. Sooyoung mengangguk lesu.

Kangin, Pembina akademi yang diberi tugas untuk mengirim Jinyoung ketempat dia seharusnya mulai membaca mantra. Cahaya biru mulai terpancar mengelilingi tubuh Jinyoung. Perlahan sosok dingin sempurna itu menghilang dalam balutan cahaya yang terpacar dari mantra Pembina Akademi itu. Kini tak ada lagi mawar putih disetiap harinya.

 

 

“Sooyoung-ahh... kkajja!.” Ajak Eunjung menarik tangan Young menuju UKS.

“Ne, sebentar lagi nyampe kok. Kenapa terburu-buru sih?” Ujar Sooyoung.

Cklekk! Pintu UKS terbuka. Eunjung berlari masuk kedalam untuk menyelesaikan tugasnya yang tertunda.

Sebelum masuk kedalam UKS , indra penciuman Sooyoung mulai menghirup aroma harum yang menjadi favorite nya.  Setangkai mawar putih muncul dari balik bahunya.

“Sooyoung-ah...selamat pagi. Ini untukmu.” Kata namja itu tersenyum.

“Ciee.. Eheem..” Goda Eunjung dari dalam UKS kemudian kembali berkutat dengan pekerjaannya. Sooyoung mengambil setangkai mawar itu dan menciumi aromanya.

“Gumawo Kyuhyun-ahh...” Ucap Sooyoung tersenyum dengan pipi kemerahan.

“Bagaimana tidurmu chagiya? Kau pasti memimpikan aku semalaman. Aku tau itu. Hahaha.” Kyuhyun tertawa ceria. Sooyoung pun tidak bisa untuk tidak tertawa.

“Kau ini...Percaya diri sekali. Kau mengingatkan ku pada ‘seseorang’. Hahahah..” Tawa Sooyoung masih menghiasi wajah manisnya.

Kyuhyun memasang wajah cemberut.

“Jadi aku mirip ‘seseorang’ itu? Kau menyukaiku karena aku mirip ‘dia’? aku bahkan tidak tahu siapa ‘dia’. Hn,” Protes Kyuhyun dengan kesal.

“Kau kenapa sih yeobo? Apa aku bilang begitu. Dengar! Lihat aku! Naneun, Choi Ji Young! Sekarang berada disini hanya untuk mencintai Cho Kyuhyun. Bukan untuk ‘dia’atau siapapun itu. Bukan untuk masa lalu. Arrasso?” Sooyoung menatap manik mata Kyuhyun dalam.

“Jinjja?” Tanya Kyuhyun. Sooyoung menjawab dengan anggukan. Kyuhyun mengecup puncak kepala Sooyoung lembut kemudian mengecup bibir Sooyoung dengan hangat. Dada keduanya bergemuruh. Sooyoung mematung menikmati setiap ciuman yang  ia dapat.

“Neomu saranghae Sooyoung-ahh..” Ucap Kyuhyun tulus disela ciumannya.

“Nado saranghae...” Jawab Sooyoung hampir berbisik.

“Ya! Sooyoung-ahh.. Kyuhyun-ahh.. apa kalian sudah selesai? Setidaknya jangan berciuman didepan UKS. Kecuali kalian ingin Kepala Akademi menemukan kalian dan memberikan hukuman. Suara Eunjung melengking nyaring. Kyuhyun dan Sooyoung tertawa ringan.

“Baiklah chagi..aku pergi dulu.. aku akan menemuimu nanti” Kyuhyun membelai rambut Sooyoung.

 “Ne, hati-hati..” Ucap Sooyoung pelan. Kyuhyun berbalik dan melambai. Punggungnya semakin menjauh.

“Jinyoung, dia mirip sekali denganmu. Hanya saja pelukannya lebih hangat. Tenanglah kau disana. aku percaya namja itu akan menjagaku.” Gumam Sooyoung seolah sosok Jinyoung ada dihadapannya.

“Sooyoung-ah... kenapa masih berdiri disitu saja? Bantu aku. Nanti Kepala akademi kita yang cool itu akan mengeluarkan tanduknya.” Teriak Eunjung.

“Ne, aku datang...” Young berbalik dan kembali bekerja dengan hati berbunga.

 

End...

 English version will be updated later :)

Review? :)

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet