Hari Baik, atau Hari Buruk?

TIME

          Bocah itu berjalan pulang dari perhentian bus dengan earphone di telinganya. Ia berjalan dengan kecepatan sedang sambil sesekali melakukan popping yang masih belum sempurna. Aish, bukan begini. Bukan, bukan, bukan. Ia mengulangi gerakannya sekali lagi. Kali ini, ia mencoba berputar lebih cepat. Well, putarannya cukup cepat, tetapi kakinya masih sempat tersangkut satu sama lain sebelum akhirnya menemukan kembali keseimbangannya. Frustasi, bocah itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mulutnya mengerucut dibalik masker hitam yang menjadi tameng persembunyiannya dari mata awas publik. Tadi sepertinya mudah, setelah kucoba mengapa jadi sesulit ini? Lelah bercampur kesal, ia menendang beberapa kerikil dan bergegas pulang.

          Sesampainya di dorm, bocah itu mengganti pakaiannya asal dengan apapun yang tergeletak di lemari dan berbaring di tempat tidurnya. Ia melirik jam dinding di atas lemarinya. 11.45. Sedikit lebih awal dari biasanya, tapi mengapa rasanya tubuhku jauh lebih lelah? Ia menghela napas panjang sebelum bangun dari tempat tidur dan menuju dapur.

Seingatku kemarin masih ada mie, haruskah aku makan mie sebelum tidur? Ia membuka lemari penyimpanan di atas kompor dengan penuh harap. Sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya malam ini karena lemari itu kosong. Baiklah. Ingatkan aku untuk membeli beberapa mie instan dan mungkin bubur atau yang lainnya besok sebelum latihan. Oh Tuhan, aku lapar.

          Remaja 16 tahun itu beralih ke lemari es dengan harapan yang hampir sirna. Yah, mari tidak berharap banyak. Paling-paling ada sisa pudding atau mungkin es krim.. tunggu, kapan aku beli es krim? Secercah senyum lega terukir di bibirnya setelah ia melihat apa yang ada di dalam lemari es. Daripada tidak sama sekali. Terima kasih, Tuhan. Dan bocah itu kembali ke kamarnya sembari memeluk setengah bungkus biskuit vanilla dinginnya yang berharga.

Ia meraih ponselnya yang tergeletak terbalik di atas tempat tidur dan mengernyit heran.

2 pesan masuk baru? Siapa? Eomma?  Bocah itu menggigit separuh biskuitnya dan membuka kotak pesannya. Ups, maaf baru membalas, Eomma. Aku tadi tidak pegang ponsel…

Ia baru saja menelan kunyahan biskuitnya dan bermaksud untuk melahap sisanya ketika rasa laparnya tiba-tiba hilang dan dunianya seakan terhenti. Bocah itu menahan napasnya dan memekik pelan setelah membaca nama pengirim pesan keduanya. Disana, tertulis dengan jelas di bar notifikasi, nama seseorang yang belakangan selalu hadir di benaknya: Minhyunie Hyung.

Ia.. membalas pesanku? Seketika lupa dengan rasa laparnya, bocah itu bergegas membuka pesannya dan membaca isinya dengan hati-hati.

From: Minhyunie Hyung

Halo. Sudah tidur?

          Ia terdiam selama beberapa saat. Pikirannya kacau balau, sibuk berdebat tentang apa yang harus ia katakan. Haruskah aku mengabaikannya? Toh, hyung tidak membalas pesan-pesanku dulu. Matanya terpaku pada tiga kalimat sederhana dari hyung favoritnya itu. Tetapi, ini mungkin tidak datang dua kali. Bisa saja besok-besok hyung sudah berubah pikiran dan tidak menghubungiku lagi. Haruskah aku bertanya alasannya tidak membalas pesan-pesanku kemarin?

Hampir 5 menit berlalu, dan Yoo Seonho masih setia pada posisinya, duduk tegak karena terkejut di atas tempat tidur, dengan biskuit yang terabaikan di sebelah kirinya, dengan mata sayunya yang menyiratkan perasaan gembira, gelisah, bingung, dan sedikit kekhawatiran, ditambah degup jantungnya yang mendadak meningkat hampir dua kali lipat sejak ia membaca pesan itu. Haruskah aku bertanya ada apa hyung tiba-tiba menghubungiku? Aku tidak ingin terlihat terlalu senang –yah, meskipun sebenarnya aku sangat senang, jujur- dan terlalu kekanakan. Tapi, aku juga tidak mau bersikap dingin. Bocah itu cemberut karena pikirannya sendiri. Beberapa detik kemudian, jemarinya asyik mengetikkan beberapa kalimat. Aku tidak boleh membiarkannya menunggu lama.

To: Minhyunie Hyung

Minhyunie hyung…? Belum, aku belum tidur.

Baru saja sampai di rumah setelah latihan.

Hyung kenapa belum tidur?

          Seulas senyum merekah di bibirnya setelah menekan tombol ‘kirim’. Hatinya masih berdebar-debar, pikirannya masih berusaha tenang. Rasa lelahnya seketika menguap entah kemana. Kakinya masih sakit karena latihan popping, tetapi tiga kata dari hyung kesayangannya itu lebih menyita perhatiannya. Ia membalas pesan dari ibunya sambil menunggu pesan balasan. Hyung belum tidur, kan? Ia pasti membalas pesanku, kan? Kalau dia mengirimiku pesan seharusnya dia juga menunggu balasanku. Ia menekan tombol ‘kirim’ dan memandangi layar ponselnya yang masih diam. Atau, hyung mau balas dendam? Mengirimiku pesan sekali, lalu mengabaikan sisanya? Sebuah notifikasi muncul pada layar ponselnya: baterainya sekarat. Oh, tidak. Remaja itu bergegas mengambil pengisi daya, menghubungkan ponselnya dengan saklar listrik di seberang tempat tidurnya, lalu kembali ke tempat tidur dan meraih sepotong biskuit. Tidak mungkin. Minhyun hyung tidak sejahat itu.

Bocah itu tengah mengunyah potongan biskuit terakhirnya ketika layar ponselnya menyala. Ia berlari menuju tempat sampah di depan kamar lalu memeriksa ponselnya dengan hati berdebar. Ada notifikasi satu pesan baru disana. Ia meraih bantalnya sebelum duduk di lantai dengan memeluk bantal. Ia membaca pesan balasannya sambil menyembunyikan wajahnya dibalik bantal. Wah, ini nyata.. Malam ini, aku benar-benar mengobrol dengan Minhyun hyung.

Hwang Minhyun:

Iya, ini aku. Aku belum bisa tidur.

Apa kabar hm? Bagaimana latihanmu hari ini?

 

Ah, hyung belum bisa tidur. Apa mungkin dia banyak pikiran? Mungkin jadwal Wanna One sedang sangat padat jadi dia sedikit insomnia. Latihanku.. apa aku harus memintanya mengajariku popping? Hyung sangat bagus dalam menari. Ia mengetikkan pesan balasannya segera setelah beberapa saat berdebat dengan dirinya sendiri.

Yoo Seonho:

Ah.. begitu. Banyak pikiran, hyung-nim?

Aku baik kkk. Tadi aku belajar sedikit popping.

Ternyata tidak semudah yang aku bayangkan :(

 

Hwang Minhyun:

Sepertinya tidak..

Aku sering seperti ini kkk. Jangan khawatir.

Siapa bilang popping mudah.. Tak apa.

Kau kan baru memulainya, nanti juga terasa mudah.

 

Yoo Seonho:

Butuh obat tidur, hyung?

Hyungie tidak boleh tidur terlalu larut!

Jadwalmu kan padat, hyung..

Kkkk iyaa aku tahu^^

Hwang Minhyun:

Tidak usah. Nanti juga aku tidur sendiri.

Oh iya, maaf tentang pesan-pesanmu sebelumnya yang tidak kubalas.

Aku… lupa membalasnya. Maafkan aku ya, byeongari.

 

          Yoo Seonho terdiam membaca pesan terbaru itu. Berbagai pikiran muncul dan berlarian di kepalanya. Minhyun hyung mengirimiku pesan teks. Ia bertanya bagaimana latihanku. Lalu, ia minta maaf karena lupa membalas pesan-pesanku dulu. Ada apa ini? Mimpi apa aku semalam?

Ia terdiam cukup lama hingga tenggorokannya terasa kering. Oh, iya. Aku belum minum sejak tadi makan biskuit. Hmm.. hyung serius kan, minta maaf kepadaku? Bocah itu terbatuk karena remah-remah biskuit dan tersadar dari lamunannya. Mungkin sebaiknya aku minum dulu. Ia menaruh ponselnya dan berjalan keluar kamar sembari terbatuk-batuk.

          Di dapur, ia tidak menemukan gelas bersih kecuali sebuah cangkir dan menurutnya minum dengan cangkir tidak cukup untuk mengusir kering di tenggorokannya. Bocah itu memutuskan untuk mencuci satu gelas di tempat cucian piring yang berukuran sedang lalu mengisinya sampai penuh. Sisa cucian ini kuselesaikan besok saja. Latihanku cukup siang besok, cukup untuk bangun pagi dan membersihkan dorm ini lalu beli sarapan dan sampai di gedung latihan tepat waktu. Ia meminum airnya dengan sedikit tergesa-gesa dan segera berjalan kembali ke kamar saat ia merasakan kakinya berdenyut lagi.

Bisa tidak kakiku tidak sakit untuk hari ini saja? Ahh.. yah, oke, aku menyerah. Sepertinya aku punya beberapa patch. Hyung, tolong jangan tidur dulu, tolong tunggu sebentar, kakiku sakit sekali..

Bocah itu berjalan sedikit tertatih-tatih menuju kotak p3k. Ia mengambil dua buah patch, membuka bungkus dan menempelkannya di masing-masing kakinya, lalu kembali ke kamar masih dengan tertatih-tatih.          

            Ia meraih ponselnya dengan cepat dan bermaksud mengetikkan pesan balasan secepat kilat sekaligus meminta maaf karena menghilang cukup lama. Niatnya tertahan karena sebuah pesan masuk baru. Bocah itu membuka pesannya dan mendecak kecewa sekaligus menyesal. Kenapa pakai acara baterai habis dan kakiku sakit segala, sih? Aku jadi tidak bisa mengobrol lama-lama dengan hyung. Ia duduk bersandar pada dinding dan membaca ulang isi pesannya. Kakinya masih sakit, tubuhnya juga mulai terasa letih, dan sebenarnya, ia ingin tidur.

Hwang Minhyun:

Kau pasti lelah karena latihanmu..

Semangat! Latihan dan usaha yang keras

akan membuahkan hasil yang maksimal.

Aku mau tidur, kau istirahatlah.

Kau sudah bekerja keras hari ini.

Selamat malam, semoga mimpi indah.

 

Ia membaca pesan itu beberapa kali dan menyalakan alarm sebelum akhirnya menyerah pada kantuknya. Bocah itu tersenyum tanpa sadar dan wajahnya memerah sembari berjalan sedikit tertatih lalu berbaring di tempat tidurnya. Minhyun hyung mengucapkan selamat malam padaku. Dan semoga mimpi indah. Ia memeluk bantalnya lebih erat dan terkikik pelan. Matanya terasa sangat berat, dan sebelum benar-benar berlayar ke alam mimpi ia berdoa agar kejadian hari ini dapat terulang lagi.

Selamat malam, hyung. Semoga mimpi indah.

 

 

 

_________________________________________________________________________________________________________

Hai halo semuanya, chapter 6 is up!

Maaf ya update kali ini agak telat, akunya sibuk kuliah T.T

Minggu ini atau minggu depan aku usahakan update lagi, daaaan by the way terima kasih untuk feedbacknya!

Dan tolong sabar menunggu momen mereka berdua akhirnya ketemu ;) -oke ini spoiler aahahahah-

Happy reading, everyone!

-cutiepie21-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kumakura #1
sukaa, kutunggu author-nim lanjutannya, suka couple seonho minhyun sejak pd 101, sayang seonho gk debut bareng wanna one ?
Sky_Wings
#2
Chapter 9: Bagus ceritanya! ^^d
izz_suzzie
#3
Chapter 8: kutunggu kelanjutannya
izz_suzzie
#4
Chapter 7: akhirnya lanjut juga...
aduh kirain di minhyun bakal dateng ke rumah seonho, eh ternyata enggak.
tapi nelpon aja udah bikin seonho seneng kok ya, apalagi kalo ketemuan terus makan bareng. astagaaaah aku gak sabar
ditunggu kelanjutannya.
semangat terus ya ^^
izz_suzzie
#5
Chapter 6: greget greget manis rasanya...
mungkin ini yang mereka rasain sebenernya ya.. kangen tapi pada sibuk.
seonho gws dek, sabar ya...
semangat buat authornya. aku sllu tunggu apdetannya :)
izz_suzzie
#6
Chapter 5: akhirnya ada kemajuan meski cuma sebatas pesan, seenggaknya ada momen buat mereka...
asyiknya mereka ngapain ya? kok nganu sih!!
ah mending makan berdua aja dulu, kan buat nepatin janjinya minhyun ke seonho... habis itu ngabisin waktu berdua di taman atau mungkin berkunjung ke dorm w1 ??
ah gak tau!! terserah author aja...
ditunggu kelanjutannya
izz_suzzie
#7
ya ampun... aku suka ff nya.
kapan mereka dipertemukan?? nyesek mereka saling kangen tapi gak punya waktu buat ketemuan...
next plisss
mohnium #8
Chapter 2: Waaah akhirnya ada ff tentang minhyun sama seonho.lanjutin thooor