Up: Sequel 5.2
Up: SequelMinjun kini mencengkeram lengan Taecyeon dengan kuat karena kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit, "T—Taec, s—sakit." Taecyeon menghentikan kecupannya pada kepala Minjun dan kini menyejajarkan wajahnya di hadapan Minjun.
"Bagian mana yang sakit?"
"Kepalaku..."
Mata Minjun memejam ketika Taecyeon memberikan kecupan pada keningnya seraya memijat pelipisnya dengan lembut. Tadi ada bayangan lain yang secara tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Sama persis seperti apa yang Taecyeon ceritakan, seakan-akan ia memang mengalami hal itu. Setelah itu, kepalanya semakin berdenyut sakit. Suara handphone Minjun terdengar nyaring, ada Nichkhun yang meneleponnya.
"Taecyeon, hentikan sebentar. Khunnie meneleponku." ujar Minjun sembari menjauhkan tubuh Taecyeon darinya.
"Apa hubungannya denganku? Angkat saja, aku tidak akan menguping." Minjun hanya menghela napasnya ketika Taecyeon justru memeluknya.
"Ha—halo, Khunnie?"
"Akhirnya kau mengangkat teleponku. Kenapa lama sekali? Kau sudah tidur?"
"O—oh tidak. Aku belum tidur kok."
"Kenapa suaramu seperti itu, Junnie? Kau sedang sakit?"
Bukan sakit, tapi ia terlalu gugup. Di saat ia sedang berbincang dengan kekasihnya, ada sahabat gilanya yang bisa membuatnya turut gila kapan saja. Apalagi Taecyeon sendiri tidak merasa segan setiap kali mencium Minjun. Ah, ini sudah seperti menyelingkuhi Nichkhun secara diam-diam saja.
"Aku tidak sakit, Khunnie. Hanya merasa kedinginan saja."
Taecyeon mendengar jawaban Minjun barusan dan berniatan untuk membuat mantan kekasihnya merasa lebih hangat.
"Kukira kau memang sakit. Oh ya, aku akan kembali sekitar enam hari lagi. Aku sangat tidak sabar untuk bertemu denganmu, Junnie sayang."
Tubuh Minjun meremang ketika Taecyeon mengecupi lehernya dan bahkan kembali menjilatinya, "A—ahh ... aku juga merindukanmu, Khunnie." Sial sekali, mulutnya tidak sengaja justru mendesah akibat kelakuan Taecyeon.
"Junnie? Kenapa kau tiba-tiba seperti itu?"
"H—huh? Maksudmu apa, Khunnie?" Napas Minjun tercekat ketika Taecyeon kembali mengigit dan menghisap lehernya, bahkan sudah sampai dadanya.
"Jangan bilang kau sedang berniatan untuk menggodaku." Minjun dapat membayangkan kekasihnya itu yang kini tengah menyeringai.
"Aku tidak! Jangan berpikiran yang aneh-aneh selagi kita jauh, Khunnie. Aku tidak suka seperti i—nghh!"
Minjun dengan kesal memukul kepala Taecyeon. Tidak peduli jika temannya jadi bodoh. Siapa suruh tiba-tiba dengan begitu sembarangannya ia malah bermain dengan tonjolan pada dada Minjun. Sedangkan Taecyeon sendiri hanya menatap Minjun dengan tatapan tak bersalahnya itu.
"Kau bilang tidak ingin aku untuk berpikiran yang aneh. Tapi kau kembali menggodaku, sayang."
"Maaf, Khunnie. Tapi kita bisa melakukannya ketika kau kembali ke sini."
Taecyeon mendengus ketika mendengar ucapan Minjun tadi. Ternyata, dengusannya itu terdengar sampai ke telinga Nichkhun.
"Junnie sayang, apakah kau sedang bersama seseorang?"
"E—eoh? Apa maksudmu, Khunnie?"
"Aku seperti mendengar suara orang lain di sana. Kau memang sedang bersama dengan orang lain atau hanya sendiri?"
"A—aku, oh itu hanya Junhyeon-ie. Kau tahu kan kalau anak itu seringkali iseng padaku."
Taecyeon memberikan tatapan tersinggung pada Minjun, "Kau menyebutku sebagai adikmu?"
Minjun mendorong Taecyeon hingga tubuh mereka menjauh, "Diam, Taec!"
Uh oh. Tamatlah sudah riwayatmu, Minjun.
"Kim Minjun. Jawab aku, kau sedang bersama dengan seseorang atau hanya sendiri."
"K—Khunnie ... aku, aku tidak bermaksud untuk berbohong padamu."
"Aku tidak bertanya soal itu. Jawab saja pertanyaanku tadi." Bibir Minjun bergetar, Nichkhun selalu terdengar menyeramkan jika sudah seperti ini.
"Y—ya, aku sedang bersama orang lain."
"Taecyeon?"
"Iya, Khunnie ..
Comments