Perplexed

That's okay, I'm your brother.

Sehun keluar dari kamarnya, perutnya lapar sejak tadi.

Baru beberapa langkah setelah keluar dari pintunya, ia tiba-tiba berhenti dan memandangi kepala Suho dari kamarnya di lantai atas. Ia melihat kakaknya cukup lama sebelum kembali berjalan perlahan menuju tangga. Sehun diam, tak membuka mulutnya sedikitpun untuk menyapa kakaknya. Sehun hanya berjalan melewati Suho menuju dapur.

 

Suho yang sedang menonton TV di ruang tamu saat itu, menoleh melihat Sehun berjalan perlahan ke arah dapur. ‘apa dia lapar?’ pikir Suho sebelum mematikan TV dan berjalan mengikuti Sehun. Sehun tengah mengacak-ngacak kulkas saat tiba-tiba Suho berdiri di belakangnya dan mulai berbicara. “kau lapar? Suho hyung bisa memanaskan makanan tadi sore untukmu.” Kata Suho tersenyum dan mengambil alih tempat Sehun yang sebelumnya di depan kulkas.

 

Ia mengeluarkan mangkuk yang tertutup dari sana, memasukkan isinya ke dalam panci dan memanaskannya di atas kompor. Sementara itu, Sehun berjalan menuju meja makan dan duduk disana sambil menutup mulutnya rapat-rapat. Sehun tidak protes, karena dia benar-benar lapar. Jadi yang dia lakukan hanya duduk diam dan melihat kakaknya mondar-mandir menyediakan makan malam untuknya, untuk mereka.

 

Suho terus tersenyum dengan tangan yang sibuk bekerja. Ia juga lapar, sama seperti Sehun. Dan karena Sehun tidak protes saat dia mencoba untuk makan bersama, Suho makin lapar dan tidak sabar untuk duduk satu meja makan dengan Sehun lagi. Suho benar-benar berusaha untuk membuat makanan enak selama Sehun masih mau makan masakannya. Setidaknya Sehun masih menyukai masakannya.

--

Makan malam mereka berjalan lancar. Meski Sehun tidak pernah berbicara dan merespon ucapan Suho. Suho hanya berbicara dan bertanya tanpa jawaban, membuatnya seperti berbicara sendiri dan hanya melihat patung yang mengunyah di depannya, suara kunyahan dari Sehun saja tidak terdengar.

 

Malam itu Sehun benar-benar pendiam.

 

Sampai sesi makan malam berakhir dan mereka menuju kamar mereka masing-masing. Di dalam kamarnya, Suho berpikir setidaknya Sehun sudah menunjukkan respon tidak mendorong Suho menjauh lagi. Sedangkan di kamar satunya lagi, Sehun berpikir betapa cerewetnya Suho saat makan malam dan hampir membuat nafsu makannya hilang. Tapi itu hanya dalam pikirannya, tidak dengan hatinya yang sebenarnya tidak mempedulikan hal tersebut, ia hanya menolaknya karena masih beranggapan membenci Suho.

 

Ia membenci Suho bukan karena timbul dengan sendirinya, ia menunjukkan sikap benci karena kemauannya dan menjauhi Suho karena sifat kekanak-kanakannya.

 

“Suho hyung, aku membencimu.”

--

Pagi kembali tiba, Suho telah siap dengan tasnya. Ia menyalakan mesin mobilnya dan melesat menuju rumah sakit kota, tempat ia bekerja.

Ia seorang dokter yang merupakan dokter muda berbakat.

 

Ia sehari-hari sibuk melayani pasien dan bertemu dengan dokter-dokter lain. Kadang, saat jamnya kosong atau sedang libur, ia akan keluar untuk melihat Sehun bercanda bersama temannya di sekolah. Ia sudah lama menanti Sehun tertawa  lepas di depannya sendiri, bukan di depan orang lain. Matanya mengeluarkan emosi yang bercampur aduk, antara sedih, senang dan marah. Suho tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk berbaikan dengan Sehun.

 

Di lain sisi, saat di sekolah Sehun seperti anak-anak lain yang ceria dan aktif. Orang-orang tahu dia merupakan anak orang berpendidikan dan terpandang, anak pintar dan manis, ia memiliki banyak bakat dan adik seorang dokter muda. Impian banyak orang tua untuk memiliki anak-anak seperti mereka. Tapi orang-orang itu tidak tahu, masalah apa saja yang ada dalam keluarga impian mereka seperti Suho dan Sehun.

 

“apa cita-citamu Sehun?” Tanya seorang gurunya.

“aku ingin menjadi seorang pilot! Hebatkan?” ucapnya bangga dan tersenyum manis. Semua temannya bertepuk tangan mendengar cita-cita Sehun.

“Sehun! Kalau kau sudah menjadi pilot dan aku menjadi pramugari, kita akan bekerja sama, oke?” ucap salah satu teman perempuannya. Tidak salah lagi, itu salah satu teman Sehun yang mengaguminya. “tentu saja.” Adalah jawaban Sehun untuk menyetujui ucapan teman sekelasnya. Sehun baik dan ramah pada siapa saja, tidak termasuk Suho.

 

Dan suatu hari, semua murid di kelasnya diminta untuk memperkenalkan diri. Saat tiba giliran Sehun, ia memperkenalkan diri dengan bangga di depan kelas.

“namaku Oh Sehun dan aku cukup dipanggil Sehun. Aku merupakan anak bungsu di keluargaku. Ayahku seorang pebisnis dan ibuku merupakan arsitek. Mereka setiap hari sibuk bekerja untuk mencari uang dan membiayaiku bersekolah. Dan kakakku seorang dokter. Setiap hari dia mengobati pasien di rumah sakit. Tapi meskipun mereka sibuk, mereka selalu memperhatikanku dan menyayangiku. Kadang mengajakku jalan-jalan dan membelikankku mainan. Kakakku yang seorang dokter akan menjaga kesehatanku setiap hari. Kadang dia memasakkanku makanan yang enak. Aku sendiri ingin menjadi pilot yang suatu hari akan membawa mereka keliling dunia.” Perkenalan diri dari Sehun selesai. Kini giliran temannya.

 

Saat itu, Sehun hanya melamun dan melihat lapangan sekolahnya dari jendela. Ia sadar akan semua yang diucapkannya tadi. ‘Dan kakakku seorang dokter. Setiap hari dia mengobati pasien di rumah sakit. Kakakku yang seorang dokter akan menjaga kesehatanku setiap hari. Kadang dia memasakkanku makanan yang enak.’ Sehun tersenyum. Tak sadar memikirkan kakaknya yang dia benci dan selalu berusaha untuk menjauhinya.

 

‘Aku sendiri ingin menjadi pilot yang suatu hari akan membawa mereka keliling dunia’ Sehun bergumam tidak jelas. ‘apa aku harus membawa Suho hyung juga?’ “ahh.. ada apa denganku?! Aku tidak mau. Aku membencinya, dia anak jahat!” Sehun menguling-gulingkan badannya kesana kemari di atas kasurnya. Siang itu, setelah pulang sekolah ia langsung ke kamarnya dan memikirkan perkenalan dirinya lagi saat di depan kelas, di depan guru dan teman-temannya yang menatapnya iri.

 

wahh.. kau beruntung Sehun punya kakak seorang dokter. Pantas kau terlihat sehat setiap hari. Kakakmu pasti menjagamu dengan baik’ ‘kenalkan aku pada kakakmu Sehun. Ah bukan, pada keluargamu. Lain kali, ajak aku ke rumahmu yah?!’ ‘itu karena kami memiliki impian dan cita-cita seperti itu, aku ingin menjadi arsitek’ ‘aku ingin menjadi dokter, kakakmu mau mengajarku kan untuk memeriksa orang?’

 

Semua ucapan teman-temannya melintas di pikiran Sehun. Saat istirahat di sekolah, Sehun langsung dikerumuni lagi oleh teman-temannya. Makan siangnya di kantin makin lama, mereka hanya bicara dan memasukkan makanan sesekali ke dalam mulut mereka. Apa sebegitu bangga dan irinya mereka? Dan dokter? Teman-temannya banyak yang ingin menjadi dokter dan perkenalan tentang kakaknya yang seorang dokter menarik banyak perhatian dari teman-temannya.

 

kakakku seorang dokter yang sibuk. Entahlah dia bisa mengajarimu untuk memeriksa orang atau tidak? Tapi kurasa dia bukan hanya memeriksa orang, karena dia dokter bedah yang menggunting daging orang. Kau taukan?’

 

‘aku bangga pada Suho hyung tapi aku juga membencinya’

--

“hyung, Suho hyung!” Sehun berbeda lagi dari biasanya. Dia tiba-tiba ingin berbicara dengan Suho dan membuka pembicaraan itu dengan mulutnya sendiri. “ada apa? Kau mau apa Sehun?” jawab Suho dengan senyumannya seperti biasa. “kapan kau berhenti?” pertanyaan Sehun membingungkan. “hm? apa?” Suho menatapnya penuh tanya. “Ahh.. kau mau Suho hyung berhenti menonton? Kenapa? Apa kau lapar dan ingin kubuatkan makanan?” ucap Suho lagi saat tidak mendapat jawaban dari Sehun.

 

“tidak hyung. Aku ingin kau berhenti memerhatikanku.” Jawab Sehun pelan dengan suaranya yang jelas tanpa penekanan. Apa itu permintaan? ‘apa Sehun tahu aku selalu memerhatikannya saat dia berkumpul bersama temannya di halaman sekolah? Bagaimana bisa?’ Suho berpikir keras. Apa maksudnya?.

 

“Sehun, hyung tidak-” “jangan Suho hyung. Karena kau tambah membuatku muak.” Sehun memotong ucapan Suho cepat. Suasana di ruang keluarga itu kembali tegang. Entahlah, mereka tidak bertengkar. Mereka berbicara dengan volume normal. ‘karena kau membuatku bingung, aku membencimu karena suatu alasan. Kau jangan bertingkah seperti itu hyung. Aku bingung apakah aku membencimu atau tidak. Alasanku membencimu tertutupi dengan sikap baikmu kepadaku.’ Sehun berargumen dengan Suho dan pikirannya sendiri.

 

Sehun punya alasan kuat. Tapi sikap Suho membuatnya lemah.

 

Setiap hari dia sadar, dan itu membuatnya bingung. Rasa bencinya berkurang saat pertama kali dan sekarang.

 

“Sehun..” Suho mengelus wajahnya dengan kedua tangannya. Dia lelah. Suho mengahadapi seorang anak yang keras kepala dan sangat membencinya dan itu adalah Sehun, adiknya sendiri. “Suho hyung benar-benar.. Suho hyung tidak tahu kau kenapa Sehun! Apa yang membuatmu membenciku?” Suho mengangkat kepalanya untuk menatap Sehun dengan rasa sedih dan kecewa. Dia juga marah entah pada siapa. Sehun atau dirinya? Dia marah pada Sehun karena sikapnya yang keterlaluan dan dia marah pada dirinya sendiri karena membuat Sehun tambah marah dan membencinya lagi.

 

“hyung.. aku bingung apa aku membencimu atau tidak. Apakah kau harus ku benci atau tidak?” Sehun bergumam pelan, dia tidak yakin. Sudah dua tahun lebih saat ia selalu mengalami mimpi buruk yang mengganggunya. Sudah dua tahun lebih Sehun bingung apa ia masih membenci Suho atau tidak. Dan dua tahun sebelum itu Sehun masih duduk di kelas 4 sekolah dasar. Tempat ia menceritakan Suho dan memulai kebingungannya. Kebingungan yang dua tahun itu menemaninya setelah ia menceritakan pekerjaan kakaknya kepada teman-teman sekelasnya.

 

“kau bilang apa?” Suho mendengarnya. Dia tidak mendengarnya begitu jelas tapi dia yakin dengan pendengarannya. Sehun mendongak melihat wajah Suho, yang telah berdiri dari tempat duduknya tadi. Tatapan mata Suho melembut, ia kini memegang pundak Sehun. “apa sebenarnya kau membenciku? Atas dasar apa Sehun? Kenapa kau membenci Suho hyung?” Suho terus-menerus bertanya. Ingin tahu jawaban Sehun sekarang. Sekarang, ia yakin sebenarnya Sehun membencinya karena dulu ia masih terlalu muda dan masih kekanak-kanakan. Tapi bukankah anak-anak itu jujur dan menunjukkan perasaannya saat itu juga? Jika ingin menangis akan menangis. Dan itu membuat Suho juga bingung dan kembali sedih. Apa benar begitu?

 

Tapi Sehun membenci Suho bukan karena timbul dengan sendirinya, ia menunjukkan sikap benci karena kemauannya dan menjauhi Suho karena sifat kekanak-kanakannya, waktu itu. Sehun punya alasan sendiri, berdasarkan pikirannya saat masih kecil.

 

Tapi tak disangka masih bertahan meski dia sekarang sudah duduk di sekolah menengah. Dan Sehun adalah Sehun. Sehun masih keras kepala dan berkemauan kuat. Sehun memang selalu mempertanyakan perasaan kebenciannya, tapi mengingat alasan kenapa dia membenci Suho membuatnya kembali kesal.

 

Sehun tidak mengindahkan perkataan Suho dan menjauhkan pegangan Suho pada pundaknya. “aku membencimu karena kau adalah Suho hyung! Dan aku membencimu. aku membencimu Suho hyung!” Sehun kembali berbicara. Sehun menaikkan volume suaranya dan berteriak di hadapan Suho. “dan hyung, aku memintamu sekali lagi untuk berhenti memerhatikanku. Berhenti saja. Lagi pula, aku membencimu! Kenapa kau keras kepala?” ‘aku membencimu.. aku membencimu hyung’ Sehun terus mengucapkan kata-kata itu. Sehun terus mengingatkan dirinya bahwa ia membenci Suho, membenci joonmyeon, membenci kakaknya sendiri.

 

“tapi kau Sehun. Kau Sehun adikku. Bagaimanapun itu aku tetap-” Suho kembali berhenti bicara oleh suara Sehun yang menginterupsi “Suho hyung, aku lelah, aku-” kali ini Suho yang menginterupsinya dan mulai berbicara “Aku akan melakukan apapun itu. Asalkan kau senang dan bahagia. Karena aku kakakmu Sehun. Hyung harap kau berhenti membenciku. Suho hyung tidak tahu rasa benci itu berasal dari mana. Tapi meskipun kau membenciku, kau tetap akan ku jaga. Aku tidak punya alasan untuk berhenti memerhatikanmu. Aku kakakmu Sehun! Aku kakakmu..” Suho berhenti. Ia menegaskan perkataannya dan mencoba meyakinkan Sehun.

 

Tak pernah Suho melihat tatapan Sehun seperti itu. Bukan tatapan benci yang lebih besar. Suho melihat tatapan Sehun yang melembut seiring dengan perkataannya tadi. Sehun goyah. Mata Sehun hanya melihat Suho dan tak berpaling untuk melihat yang lain. Sehun tak berkedip. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Suho tentu saja kaget melihat perubahan air wajah Sehun. Dia terkejut dan panik.

 

‘apakah ucapanku barusan salah? Apakah itu menyakiti Sehun dan mebuatnya lebih marah?’

 

Sehun mendengar semua perkataan Suho dengan baik. Sehun mencerna semuanya. Berbanding terbalik dengannya yang membenci Suho, Suho justru benar-benar menyayanginya. Kakaknya selalu menjaga dan memerhatikannya. Dan itu yang membuat perasaan Sehun campur aduk, betapa menyedihkannya kehidupan yang dia alami, atau mungkin saja yang dia atur sendiri. Dan sekarang, matanya berkaca-kaca. Air matanya mengenang dan bersiap untuk jatuh. Sehun ingin menangis.

 

Kali ini, Sehun tak tahan berdiri di depan Suho lagi. Dia berlari ke kamarnya lagi dan menutup pintu dengan suara debaman keras. Dia marah, sedih dan perasaan lainnya yang bercampur aduk di dalam dadanya. Dadanya sesak menahan tangis. Sampai air matanya jatuh dan mengalir di pipi putihnya. Ia jatuh terduduk di samping tempat tidurnya, menundukkan kepalanya dan menangis sambil memeluk kakinya di depan dada.

 

Telinganya jelas mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Itu pasti kakaknya, Suho.

“Sehun.. buka pintunya. Biarkan hyung masuk dan bicara.”

“jangan begini Sehun, kau membuatku khawatir. Bisakah kita kembali bicara?”

“Sehun! Kenapa kau menangis? Apa hyung keterlaluan?”

Dan Suho tak mendengar jawaban. Sehun hanya menangis di tempatnya dan mendengar suara Suho di luar.

 

Aku akan melakukan apapun itu. Asalkan kau senang dan bahagia. Karena aku kakakmu Sehun. Hyung harap kau berhenti membenciku. Suho hyung tidak tahu rasa benci itu berasal dari mana. Tapi meskipun kau membenciku, kau tetap akan ku jaga. Aku tidak punya alasan untuk berhenti memerhatikanmu. Aku kakakmu Sehun! Aku kakakmu..

 

Sehun menangis dalam diam. Tak menghiraukan kakaknya di luar. Tapi suara Suho dan pernyataannya di ruang keluarga tadi terngiang-ngiang di kepalanya. ‘Suho hyung memang kakakku. Tidak punya alasan untuk berhenti memerhatikanku. Tapi aku tidak tahu, apa itu alasan untukku untuk berhenti membencinya. Aku tidak tahu. Aku sudah membencinya bertahun-tahun. Hampir tujuh tahun lebih. Aku muak. Aku bingung. Apa aku keterlaluan?’

 

Sehun tertekan. Sehun tertekan dengan dirinya sendiri.

 

‘apa aku harus berbalik hyung? Seperti dulu? Memberimu tatapan penuh kagum dan senyum manis? Apa dengan cara itu akan mengembalikan semuanya? Mengembalikannya ke tempat semula? Aku terlampau kacau.’

 

 

---

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
0shanaa
Yuhuuuu!! xD TO, IYB-nya update haha.. kayaknya cuma aku yg senang :P Check it :3

Comments

You must be logged in to comment
Skylarie
#1
Chapter 8: so eumm... kalo masih ada yang nyasar ke sini, asal tau aja ini ff udh stop wkwkk
authornya lupa password dan email akunnya XD
dia nyampein permintaan maaf krna tibatiba ngilang gitu aja><
atik_han #2
Chapter 8: Ditunggu next ch nya kak
ririrein #3
Chapter 8: ditunggu updatenya kaka
figting
keyhobbs
#4
Chapter 5: yahh...jadi mau ditunda nih? tapi jangan lama lama ya, and semoga laptopnya cepet bener lagi hehe
arainy #5
Ahhh sehunnya kenapa ?
keyhobbs
#6
Chapter 1: ahh~~~kesian suho:( Sehun,aku heran kenapa kamu bisa benci pada hyungmu sendiri nak?? I'll wait for the next chapter authornim