Pick them up

That's okay, I'm your brother.

Suho menutup pintu penumpang mobilnya setelah Jihyun masuk, kemudian berbalik dan berjalan menuju kemudi. Setelah mereka nyaman, Suho mulai menyalakan mesin mobilnya dan segera berangkat dari pekarangan rumahnya.

 

“Minseok.. kita akan dengan bertemu dengan paman. Kau senang?” ucap Jihyun sambil menggerak-gerakkan tangan Minseok bersamanya. Minseok tertawa geli, melihat itu Suho hanya tersenyum memandangi wajah istrinya juga anaknya yang sedang bermain bersama. Jihyun terus-terusan mencium Minseok dan membuatnya merasa geli.

 

“Sehun mengirimiku pesan tadi malam. Dia bicara tentangmu, dan.. kau tau kan?”

“Dia bilang apa?”

“Dia merindukanmu oppa. Kami berbincang sekitar sepuluh menit saat kau tidur.” Sontak pengakuan Jihyun membuatnya terkejut dan menoleh.  “Kenapa kau tidak bilang?” Suho tidak menaruh curiga apapun atau berpikiran negative, hanya saja kalimat pertama Jihyun benar-benar menyita perhatiannya.

 

“Kau kelelahan oppa, aku tidak tega membangunkanmu. Lagipula tidurmu juga nyenyak.”

“Hm.. Sehun bilang dia benar-benar merindukanmu. Tapi dia merasa canggung.” Jihyun melanjutkan ucapannya. Suho menaikkan satu alisnya dan pertanyaan “Kenapa?” keluar dari mulutnya. “Canggung? Jihyun kau tau Sehun itu membenciku. Entah karena apa..” Suho tetap memfokuskan pandangannya pada jalanan. Jihyun berbalik dan mengusap kepala Minseok pelan. ‘Ini sulit.’ Pikirnya.

 

“Astaga Jihyun!!” Suho berteriak horror dan tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Jihyun tersentak dari lamunannya dan berbalik menatap Suho. Minseok yang masih dalam belaiannya ditarik oleh Suho. Minseok kini ada di pangkuan Suho dan sesuatu jatuh dari tangannya, menarik perhatian Jihyun.

 

“Apa kau tidur?? Minseok hampir menelan semua pasta gigimu!” ujar Suho sambil sesekali melihat istrinya. Wajah Jihyun kini memucat, sadar akan ketidakwaspadaannya dan membuat Minseok menelan pasta gigi di dalam tas kecilnya, yang ia taruh di samping Minseok. Jihyun menjauhkan pasta giginya yang kini berkurang seperempat dari sebelumnya kemudian ikut membersihkan bibir Minseok.

 

Suho dan Jihyun masih sibuk melap mulut Minseok yang penuh pasta gigi, dengan Minseok yang menangis. “Aku minta maaf.” ucap Jihyun berkali-kali. Kepala Suho mulai pening lagi. Mereka berdua menangis, istrinya menangis karena merasa bersalah dan Minseok menangis kencang entah karena apa. mungkin mulutnya kini terasa pedas, atau mungkin karena ada dua orang dewasa melap mulut kecilnya terus-menerus, atau justru keduanya.

 

“Shhhh.. sudahlah, berhenti menangis. Shh..” Suho mengeluarkan suara pelannya. Berusaha menenangkan keduanya, Jihyun dan juga Minseok. Satu tangannya sibuk memeluk Minseok dan satunya lagi mengusap kepalanya pelan sambil menggoyang-goyangkan tubuh Minseok.

 

Jihyun kini melap pakaiannya dengan sapu tangan sambil menggigit bibir bawahnya. Ia merasa tidak enak. Pikirannya sempat membawanya pergi. “Kau kenapa Jihyun? Ada yang mengganggu pikiranmu? Kau sempat ku lihat melamun tadi, sebelum sadar Minseok memakan pasta gigimu seperti memakan pasta keju.” Suho tersenyum menenangkan. Setidaknya sedikit kegusaran yang mendera Jihyun berkurang setelah melihat senyuman yang terukir di bibir suaminya.

 

Jihyun lega Suho tidak marah. Sebenarnya Suho tidak akan pernah marah untuk hal seperti ini. Hanya saja rasa bersalah tentu menyelimutinya. Minseok anaknya, anak mereka berdua. Menelan pasta gigi bisa mengganggu pencernaannya. Enatah berapa banyak yang telah masuk ke perutnya, dan mungkin tidak akan berselang lama sebelum Minseok menangis lagi karena perutnya sakit.

 

“Pa..paa.. papa.” Minseok berucap pelan, menarik perhatian kedua orang tuanya. Minseok masih tersedu karena tangisannya tadi. “Ada apa Minseok? Perutmu sakit hm?” Suho melihat wajah anaknya dengan penuh kasih sayang. Jihyun yang ada di sampingnya ikut mendekat. Minseok menggeleng menandakan ia mengerti ucapan Suho dan membantahnya. Minseok bergerak seakan posisinya kurang nyaman.

 

Mereka sadar, Minseok mencoba mengingatkan mereka akan tujuan mereka hari itu. Jihyun mengangkat Minseok kembali ke pangkuannya dan Suho kembali menyetir. Jihyun kini menyibukkan dirinya dengan mengajak Minseok berbicara, menyuapkan potongan roti sedikit demi sedikit ke mulut kecilnya.

 

Tidak lama kemudian, mobil Suho berhenti. Mereka telah sampai di bandara. Mereka bertiga segera masuk dan menunggu kedatangan Sehun kembali. Minseok memegang leher suho Suho dan melihat ke sekitarnya. Kerumunan orang menarik perhatiannya, terutama pada seseorang yang berdiri tidak jauh dari mereka. Orang itu terlihat aneh namun di mata Minseok dia terlihat lucu.

 

Setelah yakin, orang itu beranjak dan bergerak mendekati Minseok. Dia mengedip-ngedipkan matanya di depan Minseok yang melihatnya dari gendongan Suho. Minseok melihat orang itu berdiri di belakang ayahnya sambil mengedip-ngedipkan mata menatapnya dan mengoyang-goyangkan kepalnya ke kanan dan ke kiri. Minseok tertawa dan melompat senang di dalam dekapan Suho.

 

Suho yang serius menatap mencari Sehun, bingung akan sikap Minseok. Konsentrasinya saat melihat satu persatu penumpang pesawat telah hilang, ia terlambat kurang lebih lima menit karena insiden Minseok di jalan tadi dan kini Minseok mengganggunya lagi mencari Sehun di antara semua makhluk di depannya.

 

“Hey.. hey.. Minseok.” Jihyun menoleh melihat Minseok yang terlihat banyak goyang kali ini. Suho menatap anaknya bingung dan berbalik, berusaha mencari tahu, kini siapa lagi yang menjadi pusat perhatian Minseok.

 

Dan alasan dari guncangan hebat tubuhnya yang disebabkan oleh Minseok telah terjawab. Seseorang dengan masker mulut monster dan rambut yang diikat karet kecil. Ya, orang itu berdiri tepat di belakangnya dan masih menggoyang-goyangkan kepalanya.

 

Suara tawa Jihyun terdengar dari samping tubuh Suho. Suho berbalik melihat Jihyun yang tertawa dan kembali menatap orang tadi dengan keningnya yang mengkerut. Ia mencondongkan sedikit badan dan memicingkan mata, berusaha mengenali orang di depannya. Minseok bergerak hebat dalam pelukannya, dan orang di depannya tetap menggoyang-goyangkan kepalanya mengundang tawa Minseok.

 

“Luhan.. apa yang kau lakukan? Astagaa..” Jihyun menutup mulutnya sambil tertawa. Ekspresi Suho makin lucu antara ingin tahu dan tidak yakin. Keningnya yang masih mengkerut karena bingung, “Luhan?” ucapnya pelan.

 

Luhan tidak sanggup lagi menahan tawanya dan mulai tertawa bersama Minseok dan Jihyun. Jihyun sudah mengenali sepupunya sejak ia melihatnya pertama kali. Suho hanya kurang fokus melihat wajahnya yang tertutup masker dan bergerak dari kanan ke kiri.

 

Luhan membuka maskernya. Ia tersenyum manis kea rah Suho dan Jihyun bergantian. “Hai hyung, noona!” Luhan menyahut senang dan membawa mereka dalam dekapannya. Luhan senang akhirnya ia melihat mereka, terutama Minseok yang terlihat gembira melihat tingkahnya tadi.

 

Dari kejadian tadi, ia yakin hanya perhatian Minseok yang berhasil ia tangkap. Ia tersenyum lebar dan mengelus pipinya penuh kasih sayang. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Minseok yang masih berada dalam gendongan Suho. Tangannya terulur memberikan masker yang ia pakai tadi, Luhan pikir maskernya yang bergambar mulut monster tadi menarik perhatian Minseok pertama kali.

 

Minseok juga mengulurkan tangan kecilnya. Ia tidak berniat mengambil masker yang diberikan oleh Luhan. Tangannya terulur dan mencapai pucuk kepala Luhan, menyentuh segenggam rambutnya yang terikat karet kecil. Luhan terkikik melihat tingkah Minseok. “Ahh.. jadi rambutku yang membuatmu tertawa sejak tadi hm?” ujar Luhan pada Minseok.

 

Luhan kini makin mendekatkan kepalanya ke dada Minseok dan diam sejenak, membiarkan tangan anak kecil itu bermain dengan helaian rambutnya. “Tentu saja. Rambutmu terlihat lucu ikut bergoyang dengan kepalamu Luhan.” Jihyun menimpali. Suho akhirnya tersenyum dan membiarkan Minseok tetap memegang rambut coklat milik Luhan.

 

“Sehun mana?” Suho mendongak dan diikuti oleh Luhan. Luhan kini menegakkan punggungnya kembali. Suho mengedarkan pandangannya mencari satu orang yang menjadi tujuan utamanya ke bandara. Ia ingin menjemput Sehun dan juga Luhan. Namun, yang ada di hadapannya hanya Luhan dan ia berdiri sendiri tanpa Sehun.

 

Suho mulai terlihat gelisah. Luhan menepuk pundaknya dan menunjuk belakangnya, “Tenanglah hyung. Sehun tidak hilang. Koper-kopernya masih ada.” Ucap Luhan meyakinkan dengan sedikit candaan. “Tapi orangnya mana? Sehun tidak terlihat sejak tadi.” Suho menatapnya bingung.

 

“Entahlah hyung.. aku juga sudah menunggunya sekitar dua menit sebelum kau datang. Katanya dia mau ke toilet sebentar.” Luhan kini memutar-mutar badannya memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang. “Mungkin dia masih ada di sana.” Kata Jihyun sambil memerhatikan arah menuju toilet.

 

“Heyy..” sontak semua perhatian mereka jatuh pada suara yang baru saja terdengar, mereka berbalik dan menemukan pria tinggi dengan rambut blondenya yang tertutup topi sedang tersenyum manis kea rah mereka.

 

“Sehun!!” teriak mereka bersamaan. Well, kecuali Minseok tentunya.

 

 

---

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
0shanaa
Yuhuuuu!! xD TO, IYB-nya update haha.. kayaknya cuma aku yg senang :P Check it :3

Comments

You must be logged in to comment
Skylarie
#1
Chapter 8: so eumm... kalo masih ada yang nyasar ke sini, asal tau aja ini ff udh stop wkwkk
authornya lupa password dan email akunnya XD
dia nyampein permintaan maaf krna tibatiba ngilang gitu aja><
atik_han #2
Chapter 8: Ditunggu next ch nya kak
ririrein #3
Chapter 8: ditunggu updatenya kaka
figting
keyhobbs
#4
Chapter 5: yahh...jadi mau ditunda nih? tapi jangan lama lama ya, and semoga laptopnya cepet bener lagi hehe
arainy #5
Ahhh sehunnya kenapa ?
keyhobbs
#6
Chapter 1: ahh~~~kesian suho:( Sehun,aku heran kenapa kamu bisa benci pada hyungmu sendiri nak?? I'll wait for the next chapter authornim