Explain Brother

That's okay, I'm your brother.

“Minseookk!!”

 

“Astaga.. awas!” Sehun berlari kecil menggapai tangan Minseok yang mungil. Anak itu hampir saja tertabrak. Sehun yang sedang mengawasinya cemas setengah mati, Minseok benar-benar mengujinya sekarang. “Kau ini.. jangan berlari begitu, paham?” Minseok hanya tertawa kecil. Sehun yang melihatnya, menggelengkan kepalanya melihat tingkah lucu Minseok dan mengangguk setelah mendengar permintaan maaf dari Minseok.

 

‘Kau mendidiknya dengan baik Suho hyung. Minseok benar-benar anak yang pintar. Semoga dia tidak menjadi anak yang pembantah, semoga tidak seperti aku mungkin.’ Sehun tertunduk, malu dengan pengakuan yang ia buat sendiri di dalam benaknya.

 


 

Suho terus saja mondar-mandir di dalam kamarnya. Pikirannya kalut, berbagai macam prasangka menghampirinya. Smarphonenya yang sedari tadi ia pegang kini mulai lembab, Suho memegangnya erat dengan tangannya yang mulai mengeluarkan keringat dingin.

 

“Kemana dia?” Suho bergumam. Mulutnya tidak henti-hentinya mengucapkan doa panjang dengan suara pelan. Ia benar-benar khawatir dan terus saja gelisah. Sesekali ia mengintip layar smartphonenya sambil berharap cemas Jihyun akan menghubunginya. “Kau kemana Jihyun? Kenapa tidak menghubungiku?” Suho menggerakkan jemarinya dengan cepat, mengirim pesan singkat ke nama Jihyun yang tertera di layar smarphonenya.

 

Setelah memastikan pesannya terkirim, Suho mulai bergerak gelisah lagi. Jihyun menghilang sejak siang hari dan tidak bisa dihubungi. Sehun keluar dengan Luhan dan mengajak Minseok untuk jalan-jalan di taman. Sampai saat setelah Sehun, Luhan dan Minseok pulang, saat setelah mereka makan malam bersama, saat setelah Minseok tertidur, Jihyun belum juga menampakkan batang hidungnya.

 

Tok Tok.

 

Suara pintu kamar Suho yang diketuk menggema. Suho berlari untuk membuka pintu, berharap istrinyalah yang berdiri di luar. Luhan dan Sehun yang berdiri di depan kamarnya membuat semangatnya kembali jatuh. Bukan Jihyun yang berdiri di depannya setelah ia membuka pintu.

 

“Kau tidak apa-apa hyung?” raut muka Luhan mengisyaratkan kekhawatiran. “Jihyun noona belum bisa ku hubungi. Kau juga belum mendapat kabar?” Luhan kembali berbicara sambil memegang bahu Suho kembali masuk ke kamar. Mereka duduk diam selama beberapa saat. Suho hanya diam dan menutup wajahnya. Luhan melihatnya cemas, Suho terlihat benar-benar khawatir. Suara desahan beratnya yang keluar dari mulut Suho membuktikan kegelisahan Suho sejak tadi.

 

“Jihyun benar-benar tidak bisa dihubungi. Kau sudah menghubungi yang lain?” Suho memalingkan wajahnya untuk melihat Luhan, yang menggeleng memberi jawaban setelah mendengar pertanyaan Suho. “Heuff.. kini nomornya benar-benar tidak bisa dihubungi. “Kau tenanglah hyung. Kita tunggu beberapa menit lagi. Setelah itu kita hubungi Jihyun noona lagi.” Luhan berusaha menenangkannya.

 

Sementara itu Sehun hanya diam melihat mereka dari kursi seberang.

 

00:05

 

Jihyun belum kembali. Ia masih sulit dihubungi. Suho berusaha mati-matian mencari istrinya, dibantu oleh Luhan yang juga menghubungi beberapa orang yang kira-kira tahu keberadaan Jihyun. Suho menghubungi rumah sakit tempat Jihyun bekerja. Nihil, Jihyun tidak pernah terlihat setelah pemeriksaannya tempo hari. Suho juga menghubungi rumah sakit tempatnya bekerja, hanya untuk membuatnya semakin gelisah. Jihyun tidak ada dimanapun.

 

02:27

 

Setengah tiga dini hari. Suho masih terduduk di pinggir ranjangnya memikirkan banyak hal yang berpeluang dilakukan Jihyun. Mulai dari yang positif seperti mengunjungi bibinya di kampong dan lupa menghubunginya, sampai hal-hal yang lebih buruk yang bisa saja terjadi.

 

Tok Tok.

 

Pintu kamarnya kembali diketuk. Suho berjalan ke arah pintu kamarnya dengan lemas. Ia kelelahan, dari ujung kepala sampai kaki ditambah dengan pikirannya yang kalut. Lingkaran hitam dibawah matanya mulai terlihat beberapa hari ini, dan malam ini terlihat semakin parah. Sehun berdiri di depannya dengan segelas air dan sebungkus obat. “boleh aku masuk hyung?” Suho menggangguk dan melebarkan pintunya.

 

Mereka kini terduduk di lantai dingin samping ranjang Suho. “Minum ini hyung dan tenangkan pikiranmu. Luhan hyung dan Minseok sudah tidur, seharusnya kau juga istirahat.” Sehun memberikan gelas dan obat yang ia pegang tadi. Suho menerimanya dan langsung meneguk air dari Sehun.

 

“Aku tidak membencimu hyung.” Ucap Sehun tiba-tiba. Suho yang meminum obatnya terkejut dan mematung seketika. Apa Sehun tidak khawatir akan keberadaan Jihyun? Kenapa tiba-tiba ia mengangkat topik ini lagi? Pikiran semacam itu hinggap di kepala Suho dan banyak pertanyaan lain mulai ikut bermunculan.

 

Suho berbalik menghadap Sehun. Tatapan matanya tidak bisa dibaca, antara senang, kaget dan sebagainya. Sehun memalingkan wajahnya, tak ingin menatap mata Suho. Hembusan napas dari keduanya dan detak jam dinding lebih mendominasi sekarang. Misteri apa lagi sekarang?

 

Suho tersenyum. Setidaknya satu masalahnya bisa ia selesaikan sekarang. Masalahnya yang sudah lama tidak terpecahkan. “Lalu apa sebenarnya yang terjadi? Apa alasan dibalik ini semua?” Suho mulai membuka mulutnya untuk berbicara. Sehun menunduk. Kesunyian kembali memeluk mereka, tak ada jawaban dari Sehun selama beberapa saat.

 

“Aku tidak membencimu hyung.” Sehun mengulang ucapannya beberapa waktu lalu. Kali ini Suho diam, tidak menyahut lagi. “Aku hanya membenci ayah.” Pengakuan Sehun yang kali ini berhasil membuatnya kembali terkejut. ‘kenapa ayah?’ pertanyaan itu hanya tersimpan rapat dan tidak keluar dari mulut Suho. Ia mengunci bibirnya sekarang, menunggu penjelasan dan cerita-cerita yang ingin dikeluarkan Sehun.

 

“Itu karena ada alasannya. Entahlah, aku terlalu kekanakan hyung. Iya kan? Alasan itu benar-benar memenjarakanku.” Sehun melanjutkan lagi ucapannya yang terputus, seakan menjawab pertanyaan Suho yang ada di kepalanya.

 

“Aku membenci ayahmu. Ah.. tidak, aku tidak menyukai ayahmu Suho hyung. Karena ayahmu merebut ibuku. Ayahmu membuatku dan ibu pergi dari rumah tempatku, ibu dan ayahku tinggal. Ayahmu bahkan menjauhkanku dari ibu. Setelah ayahmu menikahi ibuku, kita menjadi saudara. Kita menjadi saudara tiri. Aku senang Suho hyung. Tapi ayah membawa ibu pergi dalam waktu yang lama.”

 

Mendengar pengakuan Sehun, Suho menunduk sedih. Hipotesa Suho sebelumnya terbukti dari pengakuan Sehun barusan. Tapi ia berpikir yang membuat Sehun berubah saat ia kecil adalah ulahnya sendiri. Suho berpikir mungkin karena terlalu sibuk dan tidak sempat menemani Sehun membuat Sehun marah. Suho berpikir mungkin karena kecerobohannya yang menjatuhkan berkas-berkasnya sampai merusak mainan Sehun yang membuatnya marah.

 

Suho tidak berpikir, tidak sempat mencari tahu asalnya ternyata berasal dari pernikahan ayahnya dan ibu Sehun. Sehun mungkin merasa kehilangan seorang ibu setelah itu. merasa kehilangan kedua orang tuanya dalam kurung waktu dekat. Mungkin ayahnya yang membuat keputusan untuk menjaga Sehun dan ibunya dengan cara menikahi ibu Sehun itu salah. Ya, salah karena ayahnya menikah dengan perempuan yang suaminya meninggal belum cukup setengah tahun waktu itu.

 

Sehun merasa tidak enak mengungkapkan kata-kata tadi. Tapi ia harus meluruskan sesuatu. Hubungan mereka merenggang hanya karena keegoisan dan pikiran Sehun yang tidak jernih. Mereka harus mengingat masa-masa itu lagi.

 

“Maaf..” hanya kata itu yang mampu Suho nyatakan sekarang. Pikirannya bercabang-cabang sekarang. Air matanya menetes. Suho tidak sadar Sehun lebih dulu meneteskan air matanya. Rasa bersalha menyelimuti keduanya. Sehun merasa lebih bersalah akan sikapnya terhadap Suho. Suho tidak berhak mendapat perilaku buruknya. Suho adalah kakaknya yang sangat menyayanginya.

 

“Tsk.. ku rasa waktu ini tidak tepat. Tapi aku tidak tahan bersikap dingin terhadapmu hyung. Aku tidak bisa melihatmu begitu saja dan hanya diam. Maaf menambah beban pikiranmu sekarang. Aku-”. “Apa salahku?” Suho menutup matanya rapat-rapat. Perkataannya barusan menghentikan ucapan Sehun. Sehun berbalik dan melihat Suho. kakaknya benar-benar terlihat kacau.

 

“Berhenti membicarakan itu Sehun. Kau tidak salah. Perilakumu yang membuatku kecewa sudah kulupakan. Jadi bisakah kita kembali normal? Bisakah kau kembali menjadi Oh Sehun yang aku kenal dulu?” Suho meneteskan air matanya lebih banyak.

 

“Hyung..” kini giliran Sehun yang tidak bisa menggerakkan bibirnya. Ia tambah merasa bersalah setelah apa yang dikatakan Suho.

 

Aku akan melakukan apapun itu. Asalkan kau senang dan bahagia. Karena aku kakakmu Sehun. Hyung harap kau berhenti membenciku. Suho hyung tidak tahu rasa benci itu berasal dari mana. Tapi meskipun kau membenciku, kau tetap akan ku jaga. Aku tidak punya alasan untuk berhenti memerhatikanmu. Aku kakakmu Sehun! Aku kakakmu..

 

Ungkapan itu masih Sehun ingat dengan baik. Kejadian itu terulang lagi dikepalanya dengan jelas.

 

“Karena aku juga membenci Kim. Aku membenci Kim Sehun. Sehun-ah..” Sehun menggigit bibirnya cukup keras. Air matanya tumpah. Suho tahu ia selalu memperkenalkan diri dengan marga Oh saat ia masih bersekolah di sekolah dasar. Kenangan itu cukup membuat Sehun membenci dirinya sendiri.

 

“Tidak hyung. Kau tidak boleh membencinya. Karena dia adikmu.” “Sehun masih sama hyung. Sehun itu adikmu.” Suara pelan Sehun hampir tidak terdengar. “Aku minta maaf hyung. Aku akan memastikan tidak berbuat buruk lagi.” Sehun menatap Suho yang masih menutup wajahnya dan memeluk kakinya. “Kim Sehun seharusnya lebih baik. Karena Suho hyung adalah orang yang baik.” Sehun menghentikan penjelasannya. Ia tidak mau membuka luka yang belum sempat ia obati.

 

“Jihyun noona..” Sehun menerawang. Air matanya mulai mengering. Ia memastikan Suho mendengarnya sebelum melanjutkan ucapannya lagi. “Jihyun noona adalah orang yang menabrak ayah dan ibunyalah yang membantu ayah saat kecelakaan waktu itu. Mungkin waktu ayah memang sampai disitu. Ayah pergi saat ibu Jihyun noona berusaha menyelamatkannya.”

 

Sehun dirundung rasa sedih lagi. Perasaannya kacau saat menceritakan semuanya. Hatinya sakit saat mengingat peristiwa yang menimpa mereka. Sehun harus mengulang semua gambaran-gambaran waktu itu. Sehun tidak bisa mencegah melihat wajah ayahnya lagi di dalam kepalanya. Sebelum ia tambah kacau, Sehun membuat ceritanya singkat dan berhenti.

 

“Aku baru tau cerita itu Sehun.” Ungkap Suho setelah mendengar cerita dari Sehun. Jihyun sendiri tidak pernah menceritakannya hal ini. Sehun tersenyum. “Jihyun noona selalu merasa bersalah setelah itu hyung. Jihyun noona tahu masalah ini. Aku tau Jihyun noona waktu itu memiliki hubungan dekat dengamu. Dan aku mulai banyak cerita dengannya tentangmu. Ia berjanji tidak membongkar apapun yang ku ceritakan pada siapapun. Jihyun noona selalu menjadi tempatku bercerita saat kau tidak ada. Sampai saat ia lulus dan menjadi dokter sepertimu.” Suho mendengarkan cerita Sehun dengan seksama. Suho mengerti semuanya.

 

Mereka kembali diam. Suho kembali merasakan kegelisahan yang mengganggunya sejak tadi. Keadaan jihyu masih bersarang di kepalanya. ‘Kau dimana Jihyun?’.

“Jihyun belum menghubungiku. Apa kau tau kabarnya?” Suho mulai menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan gusar. Sekarang, pagi hampir menyambut lagi.

 

“Jihyun noona pergi ke rumah sakit di Busan hyung.” Sontak kepala Suho terangkat. Ia menegakkan punggungnya dan menatap Sehun. “Apa kau bilang? Untuk apa dia di sana?” Suho kini tambah khawatir. Sehun tahu Jihyun ke sana sejak pagi. Jihyun hanya berpesan untuk mengingatkan Suho untuk makan dan berpesan untuk menjaga Minseok saat mereka bertemu di taman.

 

Jihyun mempercayainya. Smartphone Jihyun jatuh dan rusak dan Sehun terlalu pengecut untuk mengabari Suho, bahkan Luhan yang kembali menemuinya di taman setelah membeli roti untuknya dan Minseok waktu itu. Sehun terlalu tega melihat semuanya gelisah dan khawatir akan keberadaan Jihyun.

 

“Tenanglah hyung. Maaf baru mengabarimu. Tapi Jihyun noona baik-baik saja. Dia ke sana untuk menemui temannya, dan memeriksa keadaannya.” Sehun menerangkan. kekhawatiran Suho sekiranya menghilang sedikit dan kelegaan mulai datang. Tapi Jihyun yang tidak juga menghubunginya masih menahan beberapa perasaan tidak enak yang menggelantung di dadanya.

 

“Kita bisa menyusulnya nanti. Aku sudah memberitahu Luhan hyung sebelum dia tidur tadi. Berkemaslah hyung.” Sehun mulai beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu kamar. Samar-samar Sehun mendengar Suho mengucapkan kata terima kasih. Suho juga beranjak dari tempatnya. Badannya terasa kaku setelah duduk di lantai dingin dan berbicara dengan Sehun. Seluruh tenaganya serasa terkuras habis.

 

“Hyung.” Sehun berbalik dan memandang Suho dari ambang pintu. “Ku harap rasa canggung di antara kita berkurang.” Ungkapnya. “Tidak. Aku tidak mau rasa canggung itu berkurang.” Sehun terkejut mendengar balasan dari Suho. tidak lama setelah itu, Suho terkekeh pelan melihat ekspresi Sehun, perkataannya tadi membuat Sehun mematung. “Aku mau kita dekat seperti dulu. Aku justru berharap rasa canggung yang kini membatasi kita menghilang, bukan berkurang Sehun-ah.” Suho melanjutkan ucapannya.

 

Sehun berjalan ke arahnya Suho lagi, ekspresinya datar seperti biasa. Suho hanya berdiri di tempatnya dan mengernyitkan dahi. Senyumannya kembali terlihat setelah sadar apa yang tengah dilakukan Sehun. Sehun memeluknya dan membisikkan kata, “Aku juga hyung. Haha.. aku salah ucap. Terima kasih hyung. Aku.. Ah!” Sehun tidak melanjutkan ucapannya. Ia malah mendorong Suho menjauh. Suho yang sebelumnya tersenyum senang, bingung dengan perubahan Sehun.

 

“Ini berlebihan!” ungkap Sehun dan mulai menampilkan ekspresinya yang jahil. Suho tahu Sehun kembali seperti dulu. Ini salah satu caranya menghilangkan rasa canggung di antara mereka. Sehun yang jahil lebih ia sukai.

 

“Kenapa? Sini peluk hyung lagi dan nyatakan perasaanmu!” kata Suho sambil merentangkan tangannya bersiap memeluk Sehun lagi. “Ahh.. tidak hyung! Badanku sakit memeluk orang yang lebih pendek dariku.” “Apa?!!” dan pertengkaran mereka kembali lagi. Sehun berlari keluar kamar sambil menjulurkan lidahnya. Suho mengejarnya sampai di pintu dan menggeleng melihat tingkah adiknya.

 

Mereka kini tumbuh dewasa. Sehun tumbuh menjadi lebih tinggi, justru melampaui tinggi badannya dan menjadi bahan celaan baru untuk memeranginya.

 

Sehun adalah anak yang manis, baik dan ramah. Sehun adalah saudaranya, saudara tirinya yang ia sayangi.

 

 

---

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
0shanaa
Yuhuuuu!! xD TO, IYB-nya update haha.. kayaknya cuma aku yg senang :P Check it :3

Comments

You must be logged in to comment
Skylarie
#1
Chapter 8: so eumm... kalo masih ada yang nyasar ke sini, asal tau aja ini ff udh stop wkwkk
authornya lupa password dan email akunnya XD
dia nyampein permintaan maaf krna tibatiba ngilang gitu aja><
atik_han #2
Chapter 8: Ditunggu next ch nya kak
ririrein #3
Chapter 8: ditunggu updatenya kaka
figting
keyhobbs
#4
Chapter 5: yahh...jadi mau ditunda nih? tapi jangan lama lama ya, and semoga laptopnya cepet bener lagi hehe
arainy #5
Ahhh sehunnya kenapa ?
keyhobbs
#6
Chapter 1: ahh~~~kesian suho:( Sehun,aku heran kenapa kamu bisa benci pada hyungmu sendiri nak?? I'll wait for the next chapter authornim