Chapter 6

Alive ~ Broken Boy

" Oh my God, Luke! You're cool! " Seru Michael setelah memerhatikan Jack dan Louis pergi dengan Ford Mustang Gt.
" Kau sudah punya Lamborghini Gallardo, SRT Viper GTS-R, dan Ford Mustang Gt. Keren.. " Tutur Calum.
" Siapa dulu? Luke Hemmings.. " Balas Luke, lalu dia tertawa.
Ashton mengacak - acak rambut Luke.
" Hentikan itu, Ash! " Pinta Luke.
Ashton tertawa.
" Kenapa orang - orang suka mengacak rambutku, sih? " Tanya Luke sambil merapikan rambutnya.
" Karena kau terlalu rapi untuk seorang anak laki - laki, " jawab Niall dan Calum serempak.
Luke memutar bola matanya.
" Lalu, aku harus seperti apa? " Tanya Luke.
" Seperti Mike, mungkin, " jawab Liam.
" Kurasa sudah cukup dengan lip ring ini, " balas Luke sambil menunjuk lip ring di sudut kiri bibirnya.
" Tapi kau belum terlihat punk rock, " ujar Ashton.
" Memangnya kau terlihat punk rock? " Balas Luke.
Ashton mendecak kesal.
" Aku bercanda, okay? Kuakui, aku memang tidak seperti punk rock, " ujar Luke, dia tertawa.
Bel rumah Luke berbunyi. Luke turun dari ranjangnya.
" Aku saja yang buka pintunya, " ujar Harry yang dari tadi sibuk dengan handphone-nya.
" Tidak, aku saja, " balas Luke.
" Tapi kau sedang sakit, Luke.. " Sangkal Ashton.
" Aku tahu itu, aku akan baik - baik saja, Ash.. "
" Mau kutemani? " Tawar Niall.
" Tidak, terima kasih, " tolak Luke.
Luke melangkah keluar dari kamarnya.
***
" Aku benci sifat keras kepalanya! " Gerutu Ashton.
" Memangnya hanya kau yang benci itu? " Balas Liam. " Aku juga, " lanjut Liam.
" Tapi, bukan berarti aku membencinya, " ujar Ashton.
Liam mengangguk.
" Bisakah kalian berhenti membicarankan Luke? " Tanya Michael. Dia memang paling tidak suka jika orang lain membicarakan keburukan Luke di depannya.
Ashton dan Liam menatap Michael. " Sorry, Mike, " ucap Ashton.
Michael hanya mengangguk.
***
Luke membuka pintu rumahnya. Seorang Tukang Pos berdiri di depan pintu dengan amplop cokelat ditangannya.
" Apakah ini rumah, Mr. Andrew Hemmings? " Tanyanya.
" Ya, " balas Luke singkat. " Aku Luke Hemmings, anaknya. "
" Tolong berikan ini pada Mr. Andrew, " ujar Tukang Pos itu sambil menyerahkan amplop cokelat yang tadi dibawanya pada Luke.
Luke menerimanya sambil mengangguk.
" Terima kasih. Saya permisi.. " Tukang Pos itu berlalu.
Luke menutup pintu rumahnya. Dia menuju kamar Andrew.
Luke melangkah masuk ke kamar Andrew, dia duduk di tepi ranjang Andrew. Matanya memandangi surat ditangannya. Tangan kanannya menelusuri tepi amplop, tanpa basa basi dia merobeknya.
Luke menarik selembar kertas yang terlipat rapi dari dalam amplop cokelat itu. Dia membaca teks yang diketik di kertas itu. Luke terbelalak.
" Apa yang kulakukan? " Tanya Luke pada diri sendiri.
Luke menatap amplop cokelat yang baru saja dirobeknya, lalu berganti menatap kertas di tangannya.
" Dad pasti marah padaku, " gumam Luke sambil melipat amplop dan kertas itu sembarangan, lalu memasukkannya ke saku jaketnya.
" Ugh! " Luke terhuyung ke belakang. Dia mencengkeram kepalanya. Dia tahu suhu tubuhnya semakin tinggi, itu artinya, demamnya bertambah parah.
Luke melangkah keluar dari kamar Andrew lalu menutup pintunya. Dia menuju ke dapur.
" Luke! "
Niall memanggilnya.
Luke meneguk segelas air putih. Niall datang. " Disini kau rupanya, " ujarnya.
" Kupikir kau kabur, " Harry menambahkan.
Luke hanya tersenyum kecil.
" Kalian terlalu mencemau, " kata Luke.
" Pastinya, kau teman kami, Luke.. " Balas Harry sambil tersenyum.
Mereka melangkah menuju kamar Luke.
" Kemana saja kau? Tak mungkin membuka pintu selama itu 'kan? " Tanya Ashton.
Luke duduk di ranjangnya. Michael duduk disebelahnya.
" Dia di dapur tadi, " jawab Niall.
Ashton menghela nafas lega.
" Tunggu dulu, wajahmu lebih pucat dari tadi pagi, Luke, " Liam mendekati Luke. Dia menempelkan tangannya di dahi Luke. Luke menepis tangan Liam. Liam tersentak.
" Aku baik - baik saja. Percayalah. " Ujar Luke sambil tersenyum.
Calum beranjak dari tempatnya.
" Berhenti berkata begitu, Luke! " Bentak Calum.
Luke tersentak. Ini pertama kalinya Calum membentaknya. Luke menatap mata cokelat Calum.
" Kau selalu bilang kau tidak apa - apa, tapi faktanya tidak! Jangan menyiksa dirimu, Luke! " Calum kembali membentak Luke.
Luke menggelengkan kepalanya. Dia berusaha agar tak menangis.
" Kau.. Kau tak akan pernah mengerti! Kau tak akan pernah mengerti, Cal! " Balas Luke. Air matanya tumpah. Michael buru - buru menarik Luke ke pelukannya. Dia mengelus punggung Luke.
" Yang kau bisa hanya menangis, menyesal, mengeluh, dan melakukan hal bodoh. Dasar lemah! " Ujar Calum. Dia melangkah meninggalkan kamar Luke.
" I-I hate you, Cal! " Seru Luke disela - sela isak tangisnya.
Calum sama sekali tak menghentikan langkahnya. Ashton dan Liam mengejar Calum.
***
" Kata - katamu keterlaluan, Cal. " Ujar Liam.
" Ya, aku tahu itu, " balas Calum sambil duduk di sofa di ruang tengah rumah Luke. Liam dan Ashton duduk disebelahnya.
" Lalu, kenapa kau mengatakannya pada Luke? Kau tahu 'kan, Luke benci disebut lemah? " Tanya Ashton.
" Aku hanya tidak suka dengan sifatnya itu, " balas Calum.
Sekarang, dia menyesal telah membentak Luke.
" Kau harus minta maaf pada Luke, " ujar Liam.
" Aku tahu itu, " Calum menghela nafas.
Pintu rumah Luke terbuka. Jack melangkah masuk diikuti Louis.
" Bagaimana keadaan Luke? " Tanya Jack sambil meletakkan tas kertas berisi makan siang.
" Demamnya semakin tinggi, " jawab Liam.
Jack dan Louis langsung berlari ke kamar Luke.
" Luke.. " Panggil Louis sambil membuka pintu kamar Luke pelan. Dia melangkah masuk diikuti Jack. Luke masih terisak, sementara Michael, Niall, dan Harry mencoba menenangkan.
" Ada apa? " Tanya Jack.
" Ng, dia sedikit down, " jawab Harry.
Jack duduk disebelah Luke. Dia menarik Luke ke pelukannya. " Ceritakan padaku apa yang terjadi, " pinta Jack. Luke menggeleng. Jack melepas pelukannya.
" Bisa kalian tinggalkan aku sendiri, please.. " Pinta Luke pada Jack, Louis, Michael, Harry, dan Niall.
Jack, Louis, Harry, dan Niall mengangguk.
" Tapi, Luke... "
" Dia butuh waktu sendiri, Mike.. " Louis memotong kalimat Michael. Michael menunduk lalu melangkah keluar dari kamar Luke diikuti Jack, Louis, Niall, dan Harry.
***
PLAK!
Michael menampar Calum. Calum terkejut. " Kenapa kau mengatakan hal itu padanya, Cal?! " Tanya Michael setengah membentak.
" Maaf, Mike.. Aku tak bermaksud menyakiti perasaannya.. " Balas Calum. Dia benar - benar menyesal.
" Itu tak cukup hanya dengan kata 'maaf', Cal! Seharusnya kau paham perasaan Luke dan bagaimana posisinya sekarang! " Bentak Michael. Dia benar - benar marah pada Calum.
" Sorry, Mike.. " Ucap Calum lirih.
Michael mendecak kesal, lalu mengacak rambutnya frustasi.
Niall menarik Michael ke halaman belakang rumah Luke. Diikuti Harry.
" Tenangkan dirimu, Mike.. " Ujar Niall.
Michael hanya diam.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet